Kenapa Kasus COVID-19 di Indonesia Tak Kunjung Melandai?

Alasan COVID-19 di Indonesia tidak juga menuju puncak dan melandai.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 23 Agu 2020, 14:00 WIB
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan spraying pasar Karang Anyar dengan cairan disinfektan, Jakarta Pusat, Rabu (24/6/2020). Penyemprotan cairan disinfektan yang dilakukan tesebut untuk memutus penyebaran virus corona (COVID-19) pada PSBB Transisi new normal. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Hingga 22 Agustus 2020, akumulatif konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia sudah menembus 151.498 orang dengan kematian 6.594 orang meninggal dunia. Kasus sembuh mencapai 105.198 orang dan tercatat 485 kabupaten/kota yang terdampak COVID-19.

Menilik jumlah konfirmasi positif yang akan terus bertambah dari hari ke hari rupanya belum menunjukkan adanya tanda-tanda COVID-19 menuju puncak dan melandai. Hal tersebut disampaikan Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban.

"Pertama, jumlah tes COVID-19 kita masih terlalu sedikit, sehingga hanya sedikit yang terdeteksi sekarang. Dalam hal ini, baru hanya dipermukaan saja. Artinya, kita berhadapan dengan fenomena gunung es," ungkap Zubairi saat diskusi virtual, ditulis Minggu (23/8/2020).

"Padahal, sudah dari lima minggu lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan, tes COVID-19 minimal 30.000 spesimen per hari. Kenyatannya, sekarang per hari kita masih 20.000-an. Ya, masih jauh dari 30.000 spesimen per hari."

Jumlah spesimen COVID-19 yang diperiksa kemarin sebanyak 24.749 spesimen, total akumulatif spesimen yakni 2.014.619 spesimen.

 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Lebih dari 50.000 Spesimen per Hari

Tim medis Puskesmas Kecamatan Pulogadung melakukan swab tes (usap tes) pedagang pasar Burung Cipinang Kebembem, Jakarta, Jumat (19/6/2020). Sebanyak 82 orang yang mengikuti pemeriksaan swab tes dilakukan untuk memutus rantai penularan virus Corona (COVID-19). (merdeka.com/Imam Buhori)

Untuk menggenjot deteksi COVID-19 lebih banyak lagi, Zubairi menekankan, pemeriksaan spesimen dapat diupayakan lebih dari 50.000 spesimen per hari.

"Jika dibandingkan dengan negara lain, jumlah tes COVID-19 Indonesia masih jauh. Misalnya, di Amerika Serikat yang telah melakukan pengetesan sebanyak 200.000 per hari 1 juta penduduk. Brazil dan India juga banyak, lebih dari 60.000," ujarnya.

"Jadi memang kita minimal 30.000 spesimen per hari. Tapi saran saya, 50.000 hingga 100.000 spesimen per hari per 1 juta penduduk yang diperiksa."

Faktor kedua yang membuat COVID-19 tak kunjung melandai dipengaruhi jumlah rumah sakit yang penuh di berbagai daerah.

"Jumlah pasien yang dirawat terus naik dari rumah sakit. Ini semakin terasa, semakin penuh. Di Jakarta banyak dan rumah sakit di daerah juga penuh pasien, seperti di Probolinggo dari beberapa provinsi yang lain juga makin penuh  pasien," lanjut Zubairi.


Tambahan Positif COVID-19

Pedagang Pasar Perumnas Klender menjalani rapid test dan swab test, Jakarta, Jumat (22/5/2020). Sebanyak 30 pedagang di Pasar Perumnas Klender menjalani rapid test dan swab test setelah dua pedagang di pasar tersebut dilaporkan positif terpapar virus corona COVID-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Faktor ketiga COVID-19 tidak melandai dilihat dari penambahan konfirmasi kasus positif COVID-19.

"Penambahan positif COVID-19 kita masih di atas 1.500 per hari. Jadi, artinya kita masih lama untuk sampai ke puncak, terlebih lagi mau melandai atau turun," tambah Zubairi, yang juga seorang dokter spesialis penyakit dalam.

"Masih banyak yang harus kita kerjakan. Yang penting juga tes COVID-19 sangat penting agar kita bisa menemukan kontak positif, kemudian karantina sehingga penularan COVID-19 terputus."

Adapun penambahan positif COVID-19 per 22 Agustus 2020 sebanyak 2.090 orang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya