Liputan6.com, Jakarta “Mangkane yen nduwe HP aja mung dinggo nggaya tok, dinggo golek informasi ngana, lo (makanya kalau punya ponsel jangan hanya buat gaya, tapi untuk cari informasi gitu, lo),” cetus Bu Tejo (Siti Fauziah) di awal film Tilik.
Dalam Tilik, Bu Tejo berada di bak truk milik Gotrek (Gotrek) yang melaju ke salah satu rumah sakit, tempat Bu Lurah dirawat. Perjalananan yang lumayan jauh diisi Bu Tejo dan para ibu lain untuk menggunjing Dian (Lully Syuahkisrani) yang dikabarkan dekat dengan Fikri (Hardiansyah Yoga).
Baca Juga
Advertisement
Walhasil, Tilik menjadi road movie sarat gibah. Gunjingan Bu Tejo soal Dian ditanggapi sejumlah ibu. Mari kita absen satu per satu. Pertama, Yu Sam (Dyah Mulani) pendengar setia yang mudah diombang-ambing informasi terkini versi Bu Tejo.
Yu Ning dan Bu Tri
Kedua, Tri (Angeline Rizky). Menilik perangainya, ia komplotan Bu Tejo yang gemar membenarkan dan membumbui informasi Bu Tejo. Ketiga, Yu Ning (Brilliana Desy). Ia getol memerangi gibah Bu Tejo. Pergunjingan ini mencapai puncak saat Yu Ning menuding Bu Tejo tukang fitnah yang hobi pamer.
Sepintas road movie ini simpel dengan ide cerita yang amat sehari-hari, yakni mengisi waktu senggang di jalan dengan ngomongin orang. Jika kita perhatikan dengan saksama, ini bukan sembarang gibah. Dalangnya, intelek dalam melontar isu.
Bu Tejo memulai aksinya dengan teknik memperbarui informasi seputar seseorang, diakhiri pertanyaan. Korban informasi yang belum tentu benar ini menjawab berdasarkan referensi pengetahuan mereka. Dengan begitu, tersangka gibah bukan hanya satu.
Advertisement
Teknik Gibah ala Bu Tejo
Kedua, sang dalang mengemas informasi samar dengan data yang membuat orang lain (merasa) terkoneksi. Artinya, “kompor” induk mengirim bahan bakar untuk memanasi kompor lain. Kompor lain yang dimaksud adalah warga desa termasuk netizen yang mahabenar di Facebook.
Ketiga, saat mulai terdesak, sang dalang mengeluarkan jurus pamungkas. Yakni, membela diri berbungkus aksi mulia mengajak korbannya berpikir lebih jernih.
“Lo, la iya tapi coba mbok mikir. Aku ki bukane nyilikne bandane keluargane Dian lo ya (Tapi coba kita berpikir, aku bukannya mengecilkan harta benda keluarga Dian),” kilah Bu Tejo. Usai mengajak berpikir, ia mengeluarkan racun yang lagi-lagi dibungkus data dan fakta sejarah.
“Cetha ket cilik Dian ki ditinggal minggat karo bapakne, ibune nduwe sawah yo ora sepiraa. Mulakna rampung SMA deweke ora kuliah (sudah jelas sejak kecil Dian ditinggal bapaknya. Ibunya punya sawah tapi tak seberapa luas),” Bu Tejo mengulas.
Penggunjing Nomor Wahid
“Nembe nyambut gawe, henpon anyar, motor anyar, ho o ora? Gik kuwi duit saka ngendi coba, gik larang-larang kabeh lo kuwi kaya aku ora ngerti merek wae (Baru kerja sudah punya ponsel dan sepeda motor baru, ya kan? Itu uang dari mana coba? Mereknya mahal semua tuh, kayak gue enggak paham merek saja),” cerocosnya.
Data kemudian disetir menggunakan pengetahuan yang dimiliki, lalu lagi-lagi diakhiri pernyataan mengambang. Bu Tejo melempar wacana lagi kepada publik. Tokoh Bu Tejo yang dimainkan dengan natural sekaligus meyakinkan oleh Siti adalah daya tarik tak terbantahkan.
Ia penggunjing nomor wahid. Bu Tejo punya naluri provokasi. Lihai melibatkan orang lain (yang tak sepintar dirinya tentu saja) dalam kubangan fitnah atau hoaks. Jadi kalau pun bersalah, salahnya berjemaah.
Kami katakan ini bukan sembarang gibah, karena di balik gunjingan ini ada agenda yang lebih besar. Agenda ini disibak dengan latar rumah ibadah yakni musala. Terasa ironis, bukan?
Advertisement
Gemar Sebut Nama Tuhan
Ironi makin getir saat Anda melihat karakter Bu Tejo lebih dekat. Dikenal paling vokal melontar gosip namun perhatikan baik-baik, siapa tokoh yang paling sering menyebut nama Tuhan di film ini? Tilik, dalam bahasa Jawa, berarti membesuk orang sakit.
Datang ke rumah sakit atau ke kediaman pasien, silaturahmi, meninggalkan uang atau bingkisan, lalu pulang. Sesimpel itu. Di tangan Wahyu Agung Prasetyo dan Bagus Sumartono, Tilik tidak sesederhana judulnya. Karakter-karakter dalam film ini kompleks.
Bu Tejo dengan agenda besarnya. Tri sebagai tim “hore.” Yu Sam yang labil. Lalu ada sejumlah ibu yang main aman dalam diam. Biasanya orang-orang seperti ini menganut prinsip, “Mending gue diam jadi pendengar, deh daripada kesalahan.”
Singkat kata, ogah ambil risiko. Adakah yang seperti ini di masyarakat kita? Oh, buanyak. Dan biasanya, mereka tidak akan menjadi siapa-siapa dalam sebuah perkara besar.
Solutif Ala Biang Gosip
Tilik bukan film menggurui. Ia mengambil peran sebagai cermin sosial, memaparkan fakta untuk kita renungi. Menyajikan lakon berdasarkan fenomena. Karenanya, tak ada hitam dan putih di dunia Tilik yang sempit. Bahkan, Yu Ning sekalipun.
Merujuk pada ujaran maling biasanya selangkah lebih maju daripada polisi, Yu Ning bagai aparat yang bekerja dengan cara kuno. Lupa bahwa belakangan gibah adalah bentuk komunikasi yang bertransformasi menjadi hoaks berikut kecanggihan teknologi yang menyertainya.
Di sini, Yu Ning sibuk meluruskan hoaks tapi menyerah pada sinyal. Bu Tejo lebih canggih dan cerdik melihat peluang. Saat lawan lengah, ia berlagak jadi pahlawan yang memberi solusi. Sebentar, benarkah ia solutif? Sepintas, ya.
Daripada pulang dengan tangan hampa lebih baik mejeng di pasar sebentar. Yang jeli mengamati gerak-gerik Bu Tejo, tentu paham. Beberapa detik sebelumnya, mulut yang solutip itu minta pulang cepat karena khawatir hari mulai gelap. Dan beberapa menit sebelumnya, ia ogah mengotori tangannya dengan ikut mendorong truk yang mogok.
Advertisement
Potret Masyarakat Gegar Budaya
Tilik adalah potret masyarakat gegar budaya. Terpapar kecangihan teknologi informasi, diperbudak “tuhan” baru bernama internet yang diciptakan orang pintar. Lalu mengasosiasikan orang pintar selalu benar. Lupa bahwa orang pintar bisa saja menggunakan kepintarannya untuk membodohi sesama.
Lewat Tilik pula, para sineas dari Kota Gudeg bersuara lantang tentang potret masyarakat di tengah kepungan hoaks. Bu Tejo dan Yu Ning mengirim pesan menohok bahwa mengecam hoaks saja tak cukup. Bahkan memerangi hoaks dengan mengonfirmasi lalu meluruskan saja tak efektif. Karena biang hoaks telaten berinovasi, sudah selayaknya pejuang hoaks menempuh langkah yang lebih ciamik.
Usai menonton, satu pertanyaan muncul. Dalam kehidupan nyata, siapa Anda? Bu Tejo, Yu Sam, Yu Ning, tim hore ala Bu Tri, atau memilih main aman seperti ibu-ibu yang lain? Tentukan posisi, lalu mainkan peran Anda.
Pemain : Siti Fauziah, Brilliana Desy, Angeline Rizky, Dyah Mulani, Hardiansyah Yoga Pratama, Lully Syahkisrani, Gotrek
Produser : Elena Rosmeisara
Sutradara : Wahyu Agung Prasetyo
Penulis : Bagus Sumartono
Produksi : Ravacana Films
Durasi : 32 menit, 34 detik