Jadi Pengganti Nasi, Kementan Pacu Produksi Ubi Kayu d Gunungkidul

Ubi kayu adalah salah satu pangan lokal yang digalakkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebagai pengganti nasi.

oleh Athika Rahma diperbarui 23 Agu 2020, 11:15 WIB
Panen ubi kayu oleh jajaran Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul yang dipimpin langsung Bambang Wisnu Broto. (Dok Kementan)

Liputan6.com, Jakarta - Sesuai dengan simbol daerah Kabupaten Gunungkidul terdapat lambang tanaman ubi kayu, yang menjelaskan bahwa sebagian besar lahan di kabupaten Gunungkidul memproduksi ubi kayu. Terbukti pada 2020 produksi ubi kayu Gunungkidul melimpah. Hal ini terlihat dari safari ubinan panen ubi kayu oleh jajaran Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul yang dipimpin langsung Bambang Wisnu Broto di beberapa kapanewon.

Ubinan panen ubi kayu di poktan Ngudi Rejeki dusun Jetis Kalurahan Karangmojo Kapanewon Karangmojo dilanjutkan panen simbolis ubi kayu bersama-sama. Hasil ubinan panen ubi kayu menunjukkan hasil 16,3 kg per ubin atau setara 26,2 ton per ha.

Zon Kelvin ketua poktan Ngudi Rejeki melaporkan bahwa luas lahan di Jetis meliputi sawah tadah hujan 6 Ha dan lahan kering 30 Ha dengan pola tanam padi—padi-- palawija di lahan sawah, dan padi—palawija--palawija di lahan kering.

“Kami berharap poktan bisa dapat bantuan alat dan mesin untuk pertanian dari Dinas,” ujarnya dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (23/8/2020).

Dari hasil ubinan tercatat padi panen 34 ha dengan produktivitas 55,75 ku per Ha GKG dan produksi 191 ton, Jagung panen 35 ha produksi 178,8 ton dengan provitas 50,8 kuper ha. Kacang tanah panen 60 ha produksi 76,13 ton provitas 12,2 ku per ha. Ubi Kayu panen 37,8 ha dengan provitas 26,2 ton per ha dan produksi 990,36 ton.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Bambang Wisnu Broto menjelaskan ubinan panen ubi kayu di poktan Ngudi rejeki, Jetis, Karangmojo hasilnya sangat menggembirakan. Rata rata produksi yang dihasilkan meningkat dibanding tahun lalu.

Seperti halnya di poktan Ngudi Tani, Pendem, sumberejo, Semin produktifitas ubi kayu Klentheng mencapai 27,6 ton per ha dan ubi kayu Mandarin per Lampung mencapai 24,8 ton per ha. Selanjutnya di poktan Sedyo Maju dusun Nangsri Lor, Candirejo Semanu panen ubi kayu varitas Gajah dengan provitas didapat 37 ton per ha.

Kemudian di poktan Ngudi Makmur, Keruk III, Banjarejo, Tanjungsari panen ubi kayu varitas lokal Gatotkaca dengan provitas 43,6 tonper ha , ubi kayu Malang 6 dengan provitas 28,1 ton per ha, ubi kayu Dworowati provitas 38,4 ton per ha. Serta di poktan Lestari Makmur, Kotekan, Purwadadi Tepus ubi kayu Dworowati menghasilkan provitas 26,08 ton per ha dan ubi kayu Pandesi dengan provitas 28,48 tonper ha.

Dengan hasil ubinan di beberapa kapanewon di atas 20 tonper ha umbi basah , dirinya optimis dengan luas panen sekitar 456.816 ha akan dicapai produksi ubi kayu Gunungkidul menyentuh 900.000 ton ubi kayu basah, bahkan mungkin bisa mencapai 1 juta ton seperti di tahun 2016.

Dengan harga di pasaran mencapai Rp 1.000 per kg umbi basah maka sumbangan produksi ubi kayu pada PDRB Gunungkidul sangat berarti.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020


Pengganti Nasi

Panen ubi kayu oleh jajaran Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul yang dipimpin langsung Bambang Wisnu Broto. (Dok Kementan)

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyambut baik langkah yang dilakukan Kabupaten Gunungkidul. “Ubikayu adalah salah satu pangan lokal yang digalakkan Pak Menteri Syahrul Yasin Limpo sebagai pengganti nasi,” ujarnya.

Ada enam komoditas yang diarahkan mengganti nasi seperti singkong, pisang, sagu, kentang, talas dan jagung. Di dalam 120 gram singkong memiliki kandungan karbohidrat yang setara dengan seporsi nasi.

Menurut Suwandi yang perlu dikembangkan lagi adalah memberikan nilai tambah bagi produk ubikayu.

“Singkong ini bisa diolah menjadi macam-macam bentuk mulai dari kripik, tepung tapioka maupun mocaf, ini peluangnya untuk industri sangat luas. Yang terpenting sediakan bahan baku yang bisa memenuhi pasar secara kontinu, bangun industri pengolahan dan bentuk menjadi korporasi,” ujarnya.

Sudah banyak wilayah yang mampu mengembangkan ubikayu menjadi kawasan hulu sampai hilir seperti di Lampung, Babel maupun Banjarnegaa. Suwandi pun berharap hal ini bisa direplikasi di wilayah lain termasuk di Kabupaten Gunungkidul ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya