Liputan6.com, Surabaya - Ketua PGRI Jawa Timur (Jatim), Ichwan Sumadi menilai, sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menggelisahkan masyarakat secara luas terutama para emak-emak dan bapak bapak yang mendapat tambahan beban.
"Ikut mendampingi putra-putrinya secara ajeg disamping kegiatannya mencari nafkah/ bekerja, terutama untuk kelompok pendidikan dasar yang ternyata banyak dari mereka yang belum memahami sistem PJJ karena berbagai alasan misalnya terkait sarana prasarana dan kemampuan tentang IT," tutur dia, Minggu (23/8/2020).
PGRI Jawa Timur, lanjut Ichwan, menyarankan sekolah segera dibuka seperti sedia kala dengan catatan. Pertama, peserta didik dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok satu pukul 07.00-10.30 WIB. Kelompok dua pukul 11.00-14.30 WIB. Masing-masing waktu istirahat tetap di dalam kelas.
"Kedua tetap mengikuti protokol kesehatan seperti pakai masker, jaga jarak, cuci tangan," ucapnya.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Ichwan, pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) tidak perlu menunggu berakhirnya pandemik. Sebab, semua pihak tidak bisa memastikan kapan berakhirnya COVID-19. Saran dibukanya sekolah seperti yang disebut, dapat menyelesaikan 60 persen permasalahan.
"Karena yang terjadi sekarang ini dengan sistem PJJ hasilnya tidak maksimal dan cukup menyulitkan para guru, peserta didik dan juga orangtua peserta didik," tegasnya.
"Dan jangan dikira peserta didik yang berada di rumah itu mengkuti protokol kesehatan bahkan banyak yang bermain di luar rumah yang bahkan tidak terkontrol," dia menambahkan.
Selain itu, kata Ichwan, prinsip proses pendidikan yang betul adalah bertemunya antara peserta didik dan guru. Terutama dalam pendidikan karakter.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Probolinggo Uji Sekolah Tatap Muka, Sekelas Isi 9 Murid
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa meninjau pelaksanaan uji coba pembelajaran tatap muka di SMKN 2 dan SMAN 2 Kota Probolinggo, Jawa Timur.
"Uji coba pembelajaran tatap muka ini dilakukan secara bertahap. Tadi yang kita lihat, kelas-kelas biasanya untuk 36 siswa. Hari ini hanya untuk 9 siswa. Besok ganti siswa, besok ganti siswa,” ujar Khofifah di Probolinggo, Selasa, 18 Agustus 2020.
Khofifah mengungapkan, karena Kota Probolinggo masih dalam kategori zona oranye, siswa yang diperbolehkan masuk kelas hanya 25 persen saja. Sedangkan yang lainnya melakukan pembelajaran secara daring di rumah masing-masing.
"Dengan sistem ini maka, siswa akan melakukan belajar tatap muka di kelas hanya sekali dalam dua minggu. Untuk siswa yang masuk ini diterapkan sesuai dengan urutan di absen kelas," ucapnya.
"Inilah yang disebut uji coba belajar mengajar tatap muka langsung secara bertahap. Masuknya ada yang jam 07.00, 07.15, 07.30 WIB. Ada cek poin di depan, yang suhu tubuhnya 37,3 derajat diminta kembali pulang," ia menambahkan.
Advertisement
Perlu Persetujuan Bupati dan Wali Kota
Khofifah juga menyampaikan, uji coba ini baru bisa dilakukan atas persetujuan bupati atau wali kota. Hal ini untuk memastikan daerah yang diseyogyakan dan dilakukan uji coba belajar mengajar tatap muka secara langsung dan bertahap.
"Jadi kalau teman-teman bisa tanya bagaimana lima bulan kemarin dan sekarang masuk sekolah, pasti mereka akan bilang mereka senang. Karena ada bagian tertentu mungkin yang bisa diajarkan secara daring, tapi banyak hal yang ternyata mereka harus praktik sendiri. Bagaimana membangun sambungan listrik misalnya, mereka harus praktik tidak sekadar mereka melakukan exercise secara digital," ucap Khofifah.