Liputan6.com, Bombay - Dua ledakan bom yang kuat mengguncang Kota Bombay India dalam beberapa menit pada 25 Agustus 2003. Menewaskan sedikitnya 44 orang dan melukai hampir 150 orang.
Melansir BBC on This Day, kedua bom itu diketahui diletakkan dalam taksi dan meledak saat jam makan siang.
Advertisement
Satu bom meledak saat taksi berada di Gateway of India atau dikenal sebagai Gerbang India, objek wisata utama kota itu.
Menurut keterangan saksi mata, ledakan bom itu meninggalkan jejak darah di depan Gateway, gapura kolonial yang dibangun di sebelah laut dan salah satu landmark paling terkenal di India.
Taksi yang memuat bom itu terparkir di luar Hotel Taj Mahal, salah satu hotel mewah tertua di kota itu, di mana sejumlah jendela bangunan pecah dan mobil-mobil yang berada di lokasi tersebut mengalami kerusakan parah.
Kekuatan ledakan tersebut dilaporkan menyebabkan beberapa orang terlempar hingga ke laut.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Seperti Terjadi Pembantaian
Di lokasi mobil berisi bom kedua, terlihat pemandangan seperti terjadi pembantaian yang terjadi di pasar perhiasan yang ramai di dekat Kuil Mumba Devi di Bombay tengah. Bom tersebut meledak di depan gedung bertingkat berisi toko-toko di lantai dasar dan flat di atasnya.
"Anda tidak dapat membayangkan apa yang saya lihat. Jasad berserakan. Saya berada di tempat ketika mendengar suara yang memekakkan telinga. Setelah itu bangunan berguncang dari fondasinya," kata penduduk setempat Prashant Zaveri kepada BBC.
Koresponden BBC Zubair Ahmed mengatakan pecahan kaca, noda darah dan mobil serta toko yang hancur dapat dilihat sejauh 100 meter dari tempat ledakan terjadi.
Advertisement
Kelompok yang Berbasis di Pakistan Disalahkan
Belum diketahui siapa yang melakukan serangan tersebut, meskipun telah dicurigai bahwa kelompok terkait ISIS diduga terlibat, terutama mereka yang berbasis di Pakistan Lashkar-e-Toiba. Kendati demikian, semua membantah tuduhan itu.
Warga menduga ledakan bom itu terkait dengan rilis laporan tentang situs religius yang kontroversial di Ayodhya.
Orang-orang Delhi menyalahkan kelompok pemberontak Kashmir yang terkait serangan pada Desember 2001 di gedung parlemen dan menewaskan 15 orang. Setelah serangan itu, Pakistan dan India nyaris berperang, tetapi hubungan kemudian membaik.
Untuk menyangkal tuduhan atas ledakan Bombay, Pakistan dengan cepat mengutuk ledakan bom hari itu. "Kami menyesalkan serangan ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Masoon Khan. "Kami mengutuk semua tindakan terorisme dan saya pikir penargetan warga sipil yang ceroboh harus dikutuk sekuat mungkin."
Korban akhir yang tercatat dalam ledakan bom itu berjumlah 52 orang tewas dan 150 luka-luka.
Pelaku yang Berkaitan dengan Bom Sebelumnya
Pemerintah akhirnya mendakwa empat pria dan seorang wanita sebagai tersangka ledakan bom mobil kembar pada 25 Agustus 2003 nyaris setahun setelah tragedi. Tepatnya pada Juni 2004, di bawah Undang-Undang Pencegahan Terorisme India.
Mereka disebut masih bersekongkol dengan kasus ledakan bom mobil dan bus sebelumnya pada Juli 2003. Tersangka lain, yang dikatakan sebagai dalang di balik serangan itu, tewas dalam baku tembak dengan polisi pada September 2003.
Sehari setelah ledakan, Delhi menuntut Pakistan menyerahkan 19 tersangka yang dicari sehubungan dengan serangan lainnya. Pakistan pun segera menindak lanjuti hal tersebut sebagai bentuk pembantahan dalam memberikan perlindungan kepada tersangka semacam itu.
Namun, dorongan untuk pemulihan hubungan antara kedua belah pihak telah dipertahankan, dan pada bulan Juni 2004, India dan Pakistan mengadakan pembicaraan selama dua hari yang berfokus pada perselisihan Kashmir, yang mereka sebut sebagai "positif".
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul
Advertisement