ADB Dukung Penuh Indonesia Tingkatkan Inklusi Keuangan Digital

Asian Development Bank (ADB) mendukung penuh upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam pengembangan keuangan digital.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 24 Agu 2020, 14:00 WIB
Nasabah memanfaatkan layanan digital bank melalui layanan Mandiri Syariah Mobile di Jakarta, Rabu (8/7/2020). Mandiri Syariah juga mengoptimalkan metode pembayaran digital tanpa uang tunai sebagai upaya untuk mengurangi risiko penyebaran Covid-19 di Era New Normal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Asian Development Bank (ADB) mendukung penuh upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam pengembangan inklusi keuangan digital.

Menurut ADB, Indonesia sudah memiliki teknologi keuangan yang dinamis pada dasarnya. Namun masih perlu dilakukan literasi terkait keuangan inklusi keuangan digital yang bertanggung jawab.

“Saya secara khusus ingin memuji OJK yang sangat tertarik dan berkomitmen untuk bekerja dengan mitra regional dan global dalam berjuang untuk mencapai praktik internasional yang baik,” kata Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried F. Wicklein dalam OJK Virtual Innovation Day 2020, Senin (24/8/2020).

“Indonesia sudah memiliki sektor teknologi keuangan yang dinamis, tetapi perlu dikembangkan lebih lanjut dan diatur secara cerdas untuk mempromosikan inklusi keuangan digital yang bertanggung jawab. Dan sama pentingnya untuk mengembangkan populasi yang melek finansial mengingat perkembangan layanan keuangan digital yang sangat cepat,” sambung dia.

ADB berencana memfokuskan dukungannya dalam tiga sektor utama. Yakni infrastruktur keuangan digital, meningkatkan akses keuangan untuk masyarakat marjinal, serta pengawasan konsumen.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida menyampaikan apresiasi kepada ADB dan Asosiasi Fintech Indonesia yang senantiasa mendukung pengembangan keuangan digital di Indonesia.

"Pertama-tama, izinkan saya menyampaikan apresiasi saya kepada pendonor, Asian Development Bank (ADB) yang telah memberikan dukungan yang sangat baik dan telah menjadi mitra pembangunan yang sangat baik untuk OJK. Apresiasi saya juga kepada Asosiasi Fintech Indonesia yang telah membantu membuat ini. Bahkan menjadi salah satu tonggak penting bagi perkembangan industri fintech di Indonesia,” kata Nurhaida.

Lebih lanjut, OJK menggandeng Securities Commission (SC) Malaysia dalam pengembangan inklusi keuangan digital ini. Dimana kerjasama tersebut mencakup kerjasama pembiayaan, informasi, regulasi, hingga inovasi.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020


OJK Gandeng Youtuber Dongkrak Literasi dan Inklusi Keuangan

Tulisan OJK terpampang di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara intensif terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan kepada masyarakat Indonesia. Meski pandemi Covid-19 melanda, OJK mengoptimalkan kanal yang tersedia agar proses edukasi dan sosialisasi tersebut berjalan lancar.

Salah satunya dengan memanfaatkan platform virtual. Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kristianti Puji Rahayu menyatakan, edukasi virtual ini dijalankan tetap menuju sasaran yang telah ditentukan.

"Sebelumnya kami lebih banyak face-to-face, ada komunitas, wayangan, ke mall buka edukasi, buka lapak inklusi, setelah pandemi memang nggak bisa dilakukan. Tentunya ini butuh switching dari 1 metode ke metode lain, kita lebih menggunakan virtual education dengan tetap menyasar sasaran kita dengan berbagai adjustment," ujar Kristianti dalam tayangan virtual, Rabu (19/8/2020).

Kristianti bilang, saat pandemi, frekuensi edukasi keuangan bisa meningkat hingga 3 kali seminggu karena melalui platform virtual, proses sosialisasinya lebih cepat, mudah dan murah.

Tak cuma mengadakan event virtual education, OJK juga menggaet berbagai influencer dan menggaungkan pentingnya literasi dan inklusi keuangan lewat media sosial.

"Seperti Mak Beti (influencer) itu untuk di kalangan pekerja migran," kata Kristianti.

Tak lupa, pendekatan komunal dengan menggandeng influencer lokal berbahasa daerah juga dilakukan karena dinilai lebih menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Meskipun bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan, kenyataannya, masyarakat di daerah cenderung merasa tersentuh dalam percakapan menggunakan bahasa daerahnya.

"Seperti Mbah Minto (YouTuber asal Klaten), Yai Najib (influencer asal Palembang), inilah yang kita lakukan di pandemi, jadi (edukasinya) semakin agresif karena menggunakan kanal virtual," jelas Kristianti.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya