7 Komoditas Potensi Ekspor, dari Lada hingga Vanili

Peningkatan produktivitas dan volume ekspor pada tujuh komoditas pertanian akan dilakukan melalui program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah, dan Daya Saing (Grasida).

oleh Tira Santia diperbarui 24 Agu 2020, 17:31 WIB
Manfaat Lada Hitam untuk Kesehatan (sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian kembali mendorong pertumbuhan ekspor sejumlah komoditas dengan memperbaiki budidaya serta pengolahannya. Salah satu yang dikembangkan adalah perkebunan vanili.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menargetkan, pertumbuhan ekspor untuk sejumlah komoditas perkebunan seperti kopi, kelapa, lada, pala dan vanili hingga tiga kali lipat sampai lima tahun ke depan. Hal tersebut dituangkan dalam kebijakan Gerakan Ekspor Tiga Kali Lipat (Gratieks).

Untuk itu, Mentan mendorong agar para produsen dari hulu dan eksportir dapat memacu produksi komoditas perkebunannya hingga tiga kali lipat.

"Harus dibantu oleh stakeholder lainnya, eksportir, pengusaha hingga di level paling bawah untuk mengembangkan. Tiga kali lipat ini dalam lima tahun, karena perkebunan paling tidak tanam dua sampai tiga tahun baru bisa tumbuh," kata Syahrul, dalam keterangan tertulis, Senin (24/8/2020).

Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono mengatakan terdapat tujuh komoditas perkebunan yang saat ini memiliki potensi untuk peningkatan ekspor.“Ketujuh komoditas tersebut, yakni kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala, dan vanili.

Peningkatan produktivitas dan volume ekspor pada tujuh komoditas tersebut akan dilakukan melalui program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah, dan Daya Saing (Grasida),” ucapnya.

Sedangkan dalam menggenjot peningkatan produksi vanili, Kementerian Pertanian kembali menggalakkan pengembangan komoditas vanili di daerah-daerah yang sebelumnya menjadi sentra produksi. Salah satunya di daerah Salatiga, Jawa Tengah.

Tim Identifikasi Vanili yang terdiri dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya dan Balai Penelitian Rempah dan Obat (Balittro) serta Dinas pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi awal mula penyebaran vanili di Salatiga, dan sekitarnya, yakni di Desa Randu Acir, Kecamatan Argomulyo, pertengahan Juli lalu.

Sebagai informasi, perkebunan vanili pernah mengalami masa kejayaannya di tahun 1980-an. Waktu itu harganya mencapai angka yang fantastis, sehingga vanili mendapat julukan emas hijau karena harga jualnya di pasaran.Namun karena harganya sempat terpuruk, para petani banyak yang membabat habis tanaman vanili di kebunnya.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya