Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Sosial Melalui Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial tengah bersiap membangun Sentra Layanan Sosial (SERASI). Untuk itu, Balai Besar "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta sebagai salah satu pilot project SERASI menggelar Rapat Koordinasi Implementasi SERASI.
Kegiatan ini juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Balai Besar "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta yang ke 69. Usia ini juga menjadi titik awal peningkatan performa balai agar jauh lebih baik. Menteri Sosial RI, Juliari P. Batubara diwakili oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat berpesan untuk terus mengobarkan semangat dan nilai-nilai yang telah diwariskan oleh Prof. Dr. Soeharso.
Advertisement
Nilai-nilai ini diharapkan tidak sampai pudar apalagi padam. Menurut Menteri Sosial, Balai Besar "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta tidak hanya sebuah balai rehabilitasi, tetapi juga sebagai monumen bersejarah bangsa, bukti kehandalan Indonesia di bidang rehabilitasi disabilitas di masa lampau.
Kementerian Sosial merupakan lembaga negara yang menjadi leading sector penanganan kesejahteraan sosial di Indonesia sesuai dengan amanat dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
[bacajuga:Baca Juga]4328955 4327843 4327779)
Berdasarkan hal tersebut, Menteri Sosial mengarahkan untuk mewujudkan rancangan arah kebijakan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial berupa Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) dan sistem Sentra Layanan Sosial (SERASI) sebagai wujud Negara Hadir.
ATENSI sebagai cara merespon permasalahan sosial pun harus berbentuk respon efektif, mulai dari anak dalam kandungan sampai lansia. Menurut Harry, ini yang dinamakan dengan penanganan berbasis life cycle/siklus kehidupan.
Konsekuensi ATENSI tentunya perlu mengoneksikan berbagai pihak, dari tingkat keluarga hingga lembaga serta mengoneksikan layanan sosial lainnya. Maka dari itu Kemensos melalui Ditjen Rehabilitasi Sosial pun akan mewujudkan sistem Sentra Layanan Sosial (SERASI) sebagai wujud pelayanan publik tanpa spesialisasi.
SERASI merupakan wujud dari perubahan paradigma layanan rehabilitasi sosial yang semula sifatnya sektoral menjadi layanan terpadu atau dikenal juga dengan one stop service. Contohnya semua ragam disabilitas harus direspon dalam satu pintu.
Kehadiran SERASI harus mengikis habis hambatan bagi masyarakat, salah satunya penyandang disabilitas. Esensi SERASI bahwa birokrasi yang dimiliki harus memihak kepada kepentingan masyarakat. Sehingga satu tempat bisa menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat.
Selain itu, perubahan paradigma layanan mengarahkan untuk menjangkau seluruh warga, sehingga peran Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) menjadi sangat strategis dalam implementasi ATENSI dan sistem SERASI. Oleh karena itu, pada acara ini Balai Besar "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta juga melakukan penandatanganan MoU dengan beberapa LKS di Solo Raya.
Bentuk kerja sama konstruktif ini bisa memberikan inspirasi kepada Balai lain untuk bermitra dengan LKS. Hal ini di didukung penuh oleh Maliki, Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang mengungkapkan bahwa LKS jadi central dalam pelayanan masyarakat.
Dirinya menyebutkan bahwa layanan sosial tidak hanya menjadi hak masyarakat yang kurang mampu, tetapi juga masyarakat seluruh Indonesia. "Maka peran LKS menjadi penting untuk menjangkau lebih luas para PPKS," ungkap Maliki saat memberikan paparan tentang Arah Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial.
Fasilitas layanan sosial juga menjadi penting dalam implementasi SERASI salah satunya akses penyandang disabilitas. Menteri Sosial menginstruksikan bahwa di Tahun 2021, seluruh Balai Rehabilitasi Sosial harus ramah disabilitas dan ramah lingkungan atau bersifat Eco Green.
Sebagai bentuk komitmen Bappenas untuk mewujudkan pelayanan sosial yang lebih baik, Maliki ikut mengunjungi Balai Besar "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta untuk melihat fasilitas yang ada dan memetakan keperluan standardisasi fasilitas balai sebagai pilot project SERASI.
Mulai dari ruang keterampilan, ruang pembuatan kursi roda, ortese dan protese, ruang instalasi perawatan revalidasi hingga ruang kesenian dan olahraga tak luput dari kunjungannya. Dirjen Rehsos juga mengajak untuk melihat fasilitas Balai lain di daerah Manahan berupa instalasi produksi yang tentunya perlu diperbaiki.
Acara ini menghadirkan pihak-pihak terkait, yaitu perwakilan Walikota Surakarta, Dandim 0735 Surakarta, perwakilan Kapolresta Surakarta, perwakilan Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Kadinsos Kota/Kabupaten Solo Raya, Camat Jebres.
Lalu ada Lurah Jebres, Direktur Utama Rumah Sakit Prof. Dr. Soeharso, perwakilan Direktur Poltekes Kemenkes Surakarta, Kepala Cabang BRI, Kepala Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Surakarta, perwakilan Ketua Nasional Paralympic Committtee (NPC) dan perwakilan Pusrehab Kemenhan,
Para Pejabat Eselon II di lingkungan Ditjen Rehsos, Para Kepala Balai Rehabilitasi Sosial yang menjadi Pilot Project SERASI dan para Ketua LKS di lingkungan Solo Raya pun ikut hadir demi mewujudkan pemahaman yang selaras tentang ATENSI dan Sistem SERASI.