Liputan6.com, Jakarta - Apple berencana untuk mulai membuka kembali toko ritel fisik mereka di AS, yang sebelumnya telah ditutup karena lonjakan kasus Covid-19.
Menurut beberapa sumber yang mengetahui masalah ini, sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Selasa (25/8/2020), beberapa Apple Store itu dijadwalkan mulai beroperasi paling cepat pada akhir Agustus.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, sebagian dari toko-toko itu dalam waktu dekat akan beroperasi hanya berdasarkan janji temu.
Pandemi Covid-19 telah mendorong Apple menutup toko ritel fisik pada Maret lalu. Saat itu, 270 toko terpaksa ditutup tersebab penyebaran Covid-19.
Selepas itu, beberapa toko di sejumlah lokasi sempat beroperasi pada Mei, lalu tutup kembali dalam beberapa bulan belakangan ini.
Pada praktiknya, perusahaan memberlakukan kebijakan sesuai protokol kesehatan seperti pengecekan suhu tubuh, pemakaian masker, dan jaga jarak.
Apple: Epic Games Bikin Model Bisnis App Store Berisiko
Sebelumnya Apple merespons gugatan anti-trust Epic Games terhadap kebijakan App Store milik iOS, setelah dihapusnya aplikasi Fortnite dari toko aplikasi.
Perusahaan meminta pengadilan untuk tidak melarang sementara App Store ketika gugatan tengah berlangsung. Apple juga menuding Epic menciptakan situasi darurat, dengan menerima pembayaran langsung atas Fornite dan hal ini melanggar aturan Apple.
Kepada pengadilan, eksekutif Apple Phil Schiller memberikan penjelasan dari awal. Menurut Schiller, CEO Epic Tim Sweeney mulanya meminta kesepakatan khusus Apple hanya dengan Epic, yang akan mengubah cara Epic menawarkan aplikasi di platform iOS.
Saat Apple menolak, Epic mengubah kebijakannya, menghentian pembelian via Apple pada in-app purchase. Apple pun menghapus gim Fornite dari aplikasinya. Apple juga menganggap, masalah Epic ini disebabkan oleh Epic sendiri.
"Setelah tindakan sukarela sendiri, Epic sekarang mencari bantuan darurat. Namun kondisi darurat ini sepenuhnya dibuat oleh Epic sendiri. Pengembang yang melanggar Apple, seperti Epic, diberhentikan," kata Apple.
Tidak hanya itu, Apple membela aturan pembelian di dalam aplikasinya.
"Jika pengembang menghindari pembayaran digital, ini sama seperti ketika pelanggan meninggalkan toko retail Apple tanpa membayar produk. Apple tidak mendapatkan bayaran," demikian bunyi Apple dalam pembelaannya.
Advertisement
Berisiko
Apple juga menjelaskan, sistem di dalam App Store menciptakan tempat yang aman dan terpercaya bagi pengguna.
"Jika tiap pengembang bebas melanggar kontrak dengan Apple dan diizinkan untuk menghindari proses peninjauan aplikasi, maka App Store tidak bisa memberikan keamanan kepada konsumen dan pengembang seperti saat ini," kata pihak Schiller.
Dia melanjutkan lagi, jika pengembang mengelak dari in-app purchase dan menghindari pembayaran komisi terhadap Apple sesuai kontrak, Apple tidak bisa melanjutkan berbagai investasi keamanan yang berjalan di dalamnya.
"Langkah Epic ini bisa membuat bisnis model App Store dalam risiko," kata Schiller.
Lebih lanjut, Apple berpendapat, praktik yang dijalankan App Store --termasuk in-app purchase-- tidak ada bedanya dengan pembelian pada platform konsol gim seperti Sony PlayStation atau Xbox Microsoft.
"Apple butuh sebuah cara memastikan bahwa itu benar-benar dibayar. In-app purchase adalah mekanisme fundamental, di mana banyak platform lainnya mengimplementasikan model bisnis serupa untuk mendapatkan kembali investasi dalam platform tersebut," kata Apple.
(Tin/Isk)