Wajah Baru Atraksi Tari Kecak di Pura Uluwatu

Pertunjukan tari kecak menjadi daya tarik utama berwisata di Pura Uluwatu. Bagaimanakah atraksi ini beradaptasi?

oleh Dinny Mutiah diperbarui 25 Agu 2020, 09:06 WIB
Tari kecak di Pura Uluwatu di masa normal baru. (dok. Biro Komunikasi Kemenparekraf/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Pura Uluwatu, Bali, menjadi salah satu destinasi yang ramai dikunjungi oleh wisatawan sebelum pandemi. Salah satu daya tariknya adalah pertunjukan tari kecak yang digelar bersamaan menyambut senja. 

Namun, pandemi Covid-19 memaksa pengelola Uluwatu beradaptasi. Pengunjung tak bisa lagi disuruh duduk berdempetan karena ada aturan jaga jarak yang berlaku. Di sisi lain, menghentikan atraksi ini sepenuhnya juga bukan pilihan bijak bagi kelangsungan wisata Uluwatu.

"Kalau tidak ada pertunjukan tari kecak, Kawasan Objek Wisata Pura Uluwatu sangat sepi. Kami yakin dengan adanya tari kecak di era normal baru, pariwisata di Bali, khususnya Uluwatu, akan bertumbuh dan berkembang lagi,” ujar Manager Pengelola Uluwatu, I Wayan Wijana, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, 22 Agustus 2020.

Maka, perubahan pun diterapkan. Pertunjukan tari kecak di era normal baru disesuaikan dengan protokol kesehatan, antara lain penari yang tidak memakai topeng wajib menggunakan pelindung wajah atau masker, jumlah penari dikurangi, dan koreografi tarian diatur sedemikian rupa untuk menjaga jarak.

Aturan baru juga berlaku bagi pengunjung. Mereka wajib menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, dan duduk sesuai marka yang terdapat di sana. 

Bahkan, objek wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu menjadi percontohan penerapan sistem pembayaran digital berbasis Quick Response Code Indonesian Standards (QRIS). Dengan demikian, para pengunjung membayar tiket hingga kebutuhan lainnya menggunakan QRIS untuk meminimalkan kontak.

"Dengan adanya penerapan alat pembayaran digital QRIS, maka dapat menjadi salah satu solusi untuk memulihkan serta membangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif di Uluwatu, Bali," kata Direktur Pengembangan Destinasi Regional II Kemenparekraf, Wawan Gunawan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Wisatawan Berubah

Tari kecak di Pura Uluwatu di masa normal baru. (dok. Biro Komunikasi Kemenparekraf/Dinny Mutiah)

Sebagai salah satu destinasi wisata favorit, rata-rata kunjungan ke Kawasan Objek Wisata Pura Uluwatu sebelum pandemi mencapai 6.000--8.000 wisatawan per hari. Setelah dibuka kembali, wisata di Uluwatu belum pulih.

Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan terjadi perubahan pola wisatawan di era adaptasi kebiasaan baru. "Wisatawan cenderung mencari layanan yang menerapkan protokol kesehatan seperti jaga jarak dan menghindari kontak fisik secara langsung," kata dia dalam peluncuran Kecak New Normal dan Digitalisasi Sistem Pembayaran Berbasis QRIS di Uluwatu, Bali, pada 22 Agustus 2020.

Keamanan dan kenyamanan wisatawan menjadi kunci pemulihan sektor pariwisata. Dengan demikian, ia berharap seluruh pemangku kepentingan, termasuk pelaku pariwisata dan masyarakat, dapat menerapkan protokol kesehatan dengan benar, disiplin, berkomitmen, dan bertanggung jawab.

"Jika hal ini dijalankan dengan benar, saya berharap pada triwulan IV sektor pariwisata di Bali sudah lebih membaik dari yang sekarang. Sehingga di tahun 2021, Bali sudah positif atau menjadi zona hijau secara keseluruhan," kata Wayan Koster.

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya