Kemenkes: Menyusui Bisa Bikin Bumi Lebih Sehat

Salah satunya, menyusui tidak memerlukan 4.000 liter air dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg susu bubuk pengganti ASI.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 26 Agu 2020, 08:00 WIB
Ribuan ibu menyusui anaknya dalam acara pemberian ASI massal di Manila, Filipina pada Minggu (18/8/2019). Sekitar 2.000 ibu serempak menyusui bayi mereka dalam rangka menyokong upaya menekan angka kematian bayi dan menghilangkan pandangan tabu untuk menyusui di muka umum. (AP/Joeal Calupitan)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan RI menyampaikan bahwa menyusui dapat menjadikan Bumi lebih sehat. Ibu menyusui dapat menjaga kelestarian lingkungan serta mengurangi efek gas rumah kaca.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementeria Kesehatan RI Kirana Pritasari menyampaikan, ada dampak yang terjadi bila tidak menyusui terhadap kelestarian lingkungan.

"Dengan tidak menyusui, berarti ada peningkatan penggunaan makanan formula. Ini akan mengeksploitasi lingkungan. Dampaknya secara luas terhadap kelestarian lingkungan dan emisi gas rumah kaca," ujar Kirana saat sesi webinar Pekan Menyusui, ditulis Selasa (25/8/2020).

"Kalau kita mendorong ibu menyusui di setiap situasi, termasuk masa pandemi COVID-19 tentu sangat baik. Beri kesempatan ibu untuk menyusui dan cukup waktu memerah Air Susu Ibu (ASI). Upaya ini memungkinkan ibu terus optimal menyusui."

Dukungan ibu menyusui juga didorong adanya tema pekan menyusui secara global, yang mana menyusui untuk bumi yang lebih sehat dan slogan menyusui, Anak Kuat dan Bumi Sehat.

"Efek menyusui dan sayangi Bumi ini yang kami ingin ajak masyarakat agar peduli memberikan dukungan kepada ibu yang sedang menyusui. Kami mengharapkan dukungan ajakan menyusui berbagai pihak dan juga melibatkan semua komponen masyarakat organisasi profesi," lanjut Kirana.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Jutaan Ton Gas Rumah Kaca dan Air

Dampak tidak menyusui. Ilustrasi/copyrightshutterstock/279photo Studio

Sejumlah dampak tidak menyusui ditimbulkan, yang berpengaruh pada kelestarian lingkungan. Penggunaan makanan formula dan kebutuhan air untuk membuat susu bubuk pengganti ASI.

"Kita lihat dampak tidak menyusui, makanan formula sebanyak 720.450 ton di 6 negara Asia menghasilkan 2,9 juta ton emisi gas rumah kaca. Angka ini setara dengan 1,03 juta ton sampah," jelas Kirana.

"Lalu diperkirakan lebih dari 4.000 liter air dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg susu bubuk pengganti ASI."

Penyelarasan kebijakan menyusui dan pemberian makan pada bayi dan anak sebagaimana tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) terus diupayakan. Tujuan ini juga memastikan pelayanan kesehatan yang mendukung pemberian ASI dan pelayanan konseling untuk menyusui.

"Kita juga bersama-sama mensosialisasikan kepada masyarakat tentang dampak pemberian susu formula terhadap kerusakan lingkungan."

Kirana juga mengajak, para ayah mendukung ibu menyusui. Hal ini dimulai membantu ibu mempersiapkan kehamilan hingga menyusui.

"Para ayah sekaligus suami wajib mendukung ibu/istri dari persiapan kehamilan, kemudian mempersiapkan diri nanti menyusui," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya