Liputan6.com, New York - Pakar virus terkemuka AS telah memperingatkan agar tidak terburu-buru mengeluarkan vaksin Virus Corona COVID-19 sebelum terbukti aman dan efektif.
Dr Anthony Fauci juga mengatakan hal itu dapat mengganggu pengembangan vaksin lain.
Melansir BBC, Selasa (25/8/2020), Presiden AS Donald Trump dilaporkan sedang mempertimbangkan rencana untuk mengeluarkan vaksin sebelum benar-benar diuji.
Baca Juga
Advertisement
Langkah seperti itu dapat meningkatkan peluangnya untuk terpilih kembali dalam pemilihan presiden pada November mendatang.
Dalam wawancara dengan Reuters, Dr Fauci selaku kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular memperingatkan bahwa mengeluarkan vaksin yang belum teruji dapat merusak uji coba lainnya.
"Satu hal yang Anda tidak ingin lihat dengan vaksin adalah mendapatkan EUA sebelum Anda mendapatkan sinyal kemanjuran," katanya.
"Salah satu potensi bahaya jika Anda melepaskan vaksin secara prematur adalah akan mempersulit, bahkan tidak mungkin, bagi vaksin lain untuk mendaftarkan orang dalam uji coba mereka."
"Bagi saya, sangat penting bahwa Anda secara definitif menunjukkan bahwa vaksin itu aman dan efektif," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Politisasi Virus
Demokrat menuduh presiden AS siap membahayakan nyawa Amerika demi keuntungan politik.
Pada hari Sabtu, Presiden Trump menulis cuitan di Twitter bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) "mempersulit perusahaan obat untuk membuat orang-orang menguji vaksin".
Financial Times melaporkan bahwa pemerintahan Trump sedang menjajaki pemberian otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin yang saat ini sedang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan produsen obat AstraZeneca.
Sekitar 10.000 orang telah mengajukan diri untuk uji coba obat tersebut, tetapi badan-badan AS memerlukan uji coba yang melibatkan 30.000 orang agar vaksin dapat disahkan.
Vaksin Oxford adalah satu dari lusinan yang saat ini sedang dikembangkan di seluruh dunia. Perusahaan farmasi besar telah meluncurkan uji coba besar untuk menguji keefektifan obat mereka dalam beberapa minggu terakhir.
Sebelumnya, FDA mengeluarkan EUA untuk obat hydroxychloroquine untuk mengobati virus. Namun pada Juli, para pejabat menarik EUA , dengan mengatakan studi klinis menunjukkan obat anti-malaria tidak efektif dalam mengobati virus mematikan dan gagal mencegah infeksi di antara mereka yang terpajan.
Trump telah memuji manfaat obat tersebut, yang secara langsung bertentangan dengan nasihat para ahli medisnya.
Advertisement