Liputan6.com, Jakarta – Desainer muda Migi Rihasalay kembali membuat gebrakan baru. Ia baru saja mendapatkan penghargaan atas inisiatifnya membangun Kampoeng Joglo sebagai Most Inspiring Proffesional Women di ajang Indonesia Most Inspiring Proffesional Awards Winner 2020,
Yang terbaru, desainer 31 tahun itu mengadakan fashion show tunggal untuk kedua kalinya dengan mengangkat tema ‘Senja’. Tema ini terinspirasi dari sebuah harapan atas keadaan yang terjadi selama masa pandemi agar kembali normal.
“Hari ini fashion show tunggal Migi yang kedua, hasilnya tadi puas, sangat tenang dan berjalan dengan lancar. Kali ini mengambil tema ‘Senja’ dimana harapan kita Covid-19 akan segera berakhir dan semua akan kembali normal,” kata Migi Rihasalay usai menggelar fashion show di kawasan Petogogan, Jakarta Selatan, 29 Agustus 2020.
Baca Juga
Advertisement
“Inspirasinya berasal dari sebuah harapan. Ini sebuah renungan dimana kita mengharapkan berpindahnya warna di atas cakrawala. Dimana harapan kita setiap hari setelah pagi, untuk mengakhiri hari ialah sore hari untuk kita beristirahat,” tambah Migi.
Dalam fashion show yang menampilkan model-model seperti Fifie Buntaran, Priscilla Young, Dokter Stella, dan lain lain, Migi menghadirkan 12 looks dengan menonjolkan gradasi warna orange dan kuning.
“12 looks yang kita tampilkan sesuai dengan warna dan teknik yang digunakan yakni bergradasi seperti warna matahari yang sedang terbenam itu dari kuning ke orange,” jelasnya. Migi menjelaskan untuk menghasilkan sebuah warna yang baik, dia membutuhkan waktu sekitar sebulan dalam pengerjaannya.
“Untuk mendapatkan gradasi warna, satu dress bisa menghabiskan waktu 3 hari, jadi 12 looks itu membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk menunggu kering sampai proses finishing, detail sampai aksesoris lainnya,” ucapnya.
“Awalnya semua blank putih baru kita semprot dengan warna orange, baru digradasi dengan warna kuning dan itu harus ada transisi, warna orange yang semakin memudar dan warna kuning yang semakin memudar bertemu, disitu adalah garis seperti yang ada di cakrawala,” imbuh Migi.
Migi mengakui tingkat kesulitan terbesar dalam proses pengerjaannya adalah waktu yang dibutuhkan cukup lama, terutama dalam proses pewarnaan ditambah lagi harus mengalami kegagalan berkali-kali.
“Awalnya aku memakai bahan sruti, tapi tenyata gagal karena warnanya tidak keluar, tidak cerah. Yang kedua kita memakai bahan katun 100 persen, juga tidak keluar. Setelah 10 kali experimen percobaan kain, pada akhirnya Migi menemukan kain katun drill yang sejenis dengan kanvas,” ungkapnya.
Terkait dengan kegiatan fashion show yang diadakan di masa PSBB transisi, Migi mengaku sudah mendapat izin resmi dengan tetap menerapkan standar protokol kesehatan bagi para model dan juga pengunjung.
“Seperti sudah dilihat tadi ya, saat show dan pengunjung kita tetap menerapkan sosial distancing, tidak rerlalu crowded seperti show yang lalu. Dan Migi menyuruh para model menggunakan masker, makanya Migi juga mendesain masker sekaligus sesuai tema. Jadi Migi sudah mencoba mengikuti sesuai protokol kesehatan,” tandas Migi Rihasalay.