Akses Jarak Jauh Meningkatkan Nilai Inklusi bagi Penyandang Disabilitas

Survei tahun 2016 oleh Pew Research Center menemukan bahwa penyandang disabilitas memiliki akses yang lebih sedikit ke teknologi secara keseluruhan dan juga lebih sedikit menggunakannya. Namun, sekarang ini akses jarak jauh telah meningkatkan nilai inklusi.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Agu 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi rapat virtual. (dok. Pexels.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas asal Los Angeles, AS, Corissa Barro (35) memiliki kehidupan sosial yang aktif di luar rumah sebelum adanya pandemi COVID-19. Namun, sebagai pengguna kursi roda banyak kekhawatiran yang meliputinya saat hendak keluar rumah.

Mulai dari rasa takut akan lift yang rusak atau bus yang terlambat. Hal-hal tersebut dapat menjadi penentu antara ia akan mendapatkan hari yang menyenangkan atau hari penuh bencana.

"Ini melelahkan mencari tahu tempat mana yang dapat diakses," kata Barro mengutip New York Times (26/8/2020).

Kamar mandi umum juga sering menjadi masalah,  sering kali toilet umum tidak akses baginya. Kendala ini menjauhkannya dari tempat hiburan yang menyelenggarakan konser mingguan di mana dia biasa menghabiskan malam dengan bersenang-senang.

"Setelah pandemi COVID-19, mereka mulai mengadakan acara via Zoom dengan D.J., dan semua orang memutar videonya dan saya bisa melihat mereka menari," katanya.

Simak Video Berikut Ini:


Bisa Hadir Dalam Berbagai Acara

Di sisi lain, Bagi Aston Jacobs, seorang tukang cukur berusia 28 asal Brooklyn, AS, virus tersebut telah mengakibatkan acara sosial virtual yang luar biasa berlimpah.

Gangguan jaringan ikat membuatnya merasa sakit untuk berdiri selama lebih dari 20 menit setiap kali ia pergi ke tempat umum. Sebelum pandemi ia biasanya melewatkan berbagai acara yang tidak menjamin dirinya akan mendapatkan tempat duduk. Bahkan ketika tempat duduk yang dapat diakses tersedia, dia sering menemukan lingkungan yang tidak mendukung.

“Saya terlihat sehat, jadi orang-orang menatap saya atau meminta saya pergi karena mereka mengira saya tidak pantas duduk di sana,” kata Jacobs.

Sekarang setelah semuanya acara dilakukan via daring, dia bisa hadir dalam berbagai acara seperti acara bincang-bincang, penggalangan dana, dan hiburan lain yang biasanya dia tolak selama bertahun-tahun terakhir. Dia juga tidak perlu khawatir untuk membuktikan bahwa dia memiliki disabilitas.

“Ini menjadi jauh lebih mudah,” katanya.

Survei tahun 2016 oleh Pew Research Center menemukan bahwa penyandang disabilitas memiliki akses yang lebih sedikit ke teknologi secara keseluruhan dan juga lebih sedikit menggunakannya. Namun, sekarang ini akses jarak jauh telah meningkatkan nilai inklusi.

Para difabel bisa menghadiri berbagai acara yang mereka inginkan tanpa harus khawatir mendapat tantangan logistik atau akomodasi di perjalanan atau di tempat umum.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya