Afrika Dinyatakan Bebas dari Virus Polio Liar

WHO mengatakan, upaya pemberantasan virus polio di Afrika juga melibatkan para penyintas penyakit tersebut

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 26 Agu 2020, 14:01 WIB
Orang-orang bermain sepak bola di lapangan berdebu di Soweto, Afrika Selatan, 19 Agustus 2020. Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengumumkan bahwa seluruh negara akan melakukan lockdown level 2 mulai hari Selasa. (AP Photo/ Themba Hadebe)

Liputan6.com, Jakarta Afrika dinyatakan bebas dari virus polio liar usai kampanye vaksinasi yang dilakukan selama bertahun-tahun dan kerja sama yang dilakukan oleh berbagai organisasi.

Dikutip dari Live Science pada Rabu (26/8/2020), pengumuman ini disampaikan oleh Africa Regional Certification Commision (ARCC) for Polio Eradication dalam konferensi video dengan World Health Organization Selasa kemarin, waktu setempat.

Dari 47 negara yang tercakup dalam WHO wilayah Afrika, Nigeria menjadi negara yang baru saja dinyatakan bebas polio. Sudah empat tahun berlalu sejak kasus polio liar terakhir mereka.

Dr. Matshidiso Moeti, Regional Director Africa WHO menyambut baik pengumuman ini. Ia mengatakan, peningkatan pengawasan, mengatasi tingkat kekerasan dari kelompok skeptis vaksin terhadap tenaga kesehatan, dan masuknya penyintas polio dalam tim pemberantasan, adalah faktor kunci untuk memusnahkan virusnya.

"Saya sangat ingin memberikan penghormatan kepada para penyintas polio, yang telah bergabung dalam perjuangan, yang telah membantu berbagai pengalaman mereka tentang disabilitas dengan polio dan dampaknya terhadap kehidupan mereka," kata Moeti dikutip dari The Guardian.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Peran Penyintas Polio

Seorang anak diberikan vaksin polio di Kabul, Afghanistan, Senin (28/2). Polio masih banyak dijumpai di tiga negara yaitu Afghanistan, Nigeria dan Pakistan. (AFP PHOTO / SHAH Marai)

Mishabu Lawan Didi, presiden Nigerian Polio Survivors Association mengatakan bahwa mereka gembira dengan hasil kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun lalu.

"Sebagai penyintas polio, kami bahagia dan percaya kami adalah penyintas polio terakhir di negara ini," kata Didi. Ia juga mengungkapkan, dalam kampanyenya, mereka menemukan banyak orang yang menolak vaksin polio.

"Namun mereka melihat betapa kami berjuang keras untuk menjangkau mereka, terkadang merangkak jauh, untuk bicara dengan mereka," ujarnya.

"Kami bertanya pada mereka: 'Tidakkah menurut Anda penting untuk melindungi anak Anda agar tidak seperti kami?'"

Moeti mengatakan, perjuangan saat ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup bagi para penyintas.

"Momen ini menggarisbawahi pentingnya memperhatikan dan lebih memprioritaskan kebutuhan penyandang disabilitas di kawasan Afrika. Kesehatan bukan hanya ketiadaan penyakit yang bisa membunuh, itu adalah rasa sejahtera secara utuh."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya