Yang Akan Terjadi di Pemerintahan Jepang Bila Kesehatan PM Shinzo Abe Memburuk

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, belakangan ini kerap dilaporkan berobat ke rumah sakit.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Agu 2020, 13:03 WIB
PM Jepang Shinzo Abe saat konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Tokyo - Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, belakangan ini kerap dilaporkan berobat ke rumah sakit. Kondisi kesehatan Abe pun menimbulkan kekhawatiran apakah dirinya dapat tetap memimpin negara dengan kekuatan ekonomi ketiga di dunia itu hingga September 2021. 

Shinzo Abe dikabarkan berencana untuk mengklarifikasi mengenai kondisi kesehatannya pada pekan ini, seperti yang dilaporkan media setempat.

Abe juga dikabarkan akan melakukan reshuffle kabinet dan pos partai penguasa teratas pada September.

Bagaimana bila kondisi kesehatan Abe terus memburuk? Berikut ini adalah beberapa prosedur yang akan ditindaklanjuti bila Shinzo Abe mundur, atau tidak memiliki kekuasaannya lagi, seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (26/8/2020): 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Pengganti Abe di Kabinet

Presiden Korea Selatan (kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (kanan) di KTT G-20 tahun 2019 (AFP/Kim Kyung-Hoon)

Artikel Kesembilan dari undang-undang kabinet Jepang, jika seorang perdana menteri tidak lagi menjabat, seorang menteri negara yang telah dia tunjuk sebelumnya akan menjalankan peran tersebut untuk sementara.

Dalam skenario tersebut, Wakil Perdana Menteri, Taro Aso yang juga menjabat sebagai Menteri Finansial, akan menjabat sebagai perdana menteri sementara, diikuti dengan Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga.

Hal ini dapat terjadi untuk sementara waktu, misalnya jika Abe masuk rumah sakit dan ingin tetap menjalankan tugasnya setelah keluar rumah sakit. 

Tidak ada batasan waktu untuk perdana menterti sementara. Seperti pada April 2000, saat Perdana Menteri Keizo Obuchi mengalami stroke dan koma, maka Miko Aoki yang saat itu adalah Kepala Sekretaris Kabinet menjadi perdana menteri untuk beberapa hari hingga pemimpin baru dipilih. 

Seorang pengganti perdana menteri tidak dapat mengadakan pemilihan cepat tetapi dapat mengawasi kompilasi anggaran, membuat perjanjian, dan memerintahkan mobilisasi militer.


Pengganti Abe di Partai

PM Jepang Shinzo Abe usai memimpin peringatan serangan bom atom di Hiroshima Peace Memorial Park, pusat kota Hiroshima, Selasa (5/8/2019). Pemerintah Jepang menggelar peringatan jatuhnya bom atom di Kota Hiroshoma 74 tahun lalu yang menandai berakhirnya Perang Dunia (PD) II. (Kyodo News via AP)

Jika Shinzo Abe mengutarakan ingin mengundurkan diri, maka itu akan memicu eleksi dalam partai Liberal Democratic Party (LDP) untuk menggantikannya sebagai presiden partai, yang diikuti dengan anggota perlemen untuk memilih perdana menteri yang baru. 

Abe dan kabinetnya akan terus menjalankan pemerintahan sampai perdana menteri baru terpilih, tetapi tidak dapat mengadopsi kebijakan baru. Pemenang pemilihan partai kemudian akan memegang jabatan tersebut hingga akhir masa jabatan Abe pada September 2021.

Presiden LDP yang baru sebenarnya yakin akan jabatan perdana menteri, karena partai tersebut memiliki mayoritas di majelis rendah parlemen.

Biasanya, partai harus mengumumkan pemilihan pemimpinnya sebulan sebelumnya, dan anggota parlemennya memberikan suara bersama dengan anggota akar rumput.

Namun, dalam kasus pengunduran diri mendadak, pemungutan suara harus dilakukan secepatnya dengan peserta dipersempit menjadi anggota parlemen dan perwakilan dari partai lokal.

Pada 2007, misalnya, LDP mengadakan pemilihan kepemimpinan dalam waktu 11 hari setelah pengunduran diri Abe yang tiba-tiba, yang menutup tahun yang bermasalah dalam jabatannya saat ia berjuang melawan kesehatan yang kurang baik.

 

Repoter: Yohana Belinda

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya