Sumatera Terancam Kehilangan Ribuan Wisatawan Mancanegara

Pemangkasan bandara internasional beresiko menghambat laju wisatawan mancanegara ke sejumalh daerah.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 02 Sep 2020, 17:25 WIB
Ilustrasi pesawat terbang lepas landas dari bandara.

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia diperkirakan bakal turun jika dilakukan pemangkasan bandara internasional di dalam negeri.Wacana ini disampaikan Presiden Joko Widodo pada 6 Agustus 2020 saat memberi arahan dalam rapat terbatas kepada Kementerian Perhubungan untuk melakukan pemangkasan sejumlah bandara internasional di Indonesia. Sebanyak 30 bandara internasional saat ini dinilai terlalu banyak.

Presiden lantas memberikan arahan agar jumlah bandara internasional itu ditinjau kembali. Tujuannya agar tercipta efisiensi di sektor penerbangan. Dari 30 bandara internasional tersebut, Presiden Jokowi menyebutkan ada 8 bandara yang berpotensi menjadi hub internasional di dalam negeri.

Kedelapan bandara itu yakni Bandara Internasional Soekarno Hatta (Jakarta), Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (Bali), Bandara Internasional Juanda (Surabaya), Bandara Internasional Yogyakarta (DIY), Bandara Internasional Kualanamu (Sumatera Utara), Bandara Internasional Sultan Hasanuddin (Makassar), Bandara Internasional Sam Ratulangi (Manado), dan Bandara Internasional SAM Sulaiman Sepinggan (Balikpapan).

Dengan konsep hub internasional ini, maka bandara internasional lain kemungkinan hanya akan menjadi bandara domestik. Sedangkan penerbangan internasional akan dialihkan ke bandara internasional hub terdekat.

Untuk daerah Sumatera, bandara hub internasional tampaknya akan berada di Bandara Kualanamu, Medan dan Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Apabila ini terjadi, dikhawatirkan jumlah kunjungan wisman ke daerah-daerah lain di Sumatera dapat menurun. Apalagi, saat ini pariwisata daerah sedang terpuruk akibat pandemi Covid-19 yang kian menahan laju wisman yang ingin melancong ke Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan Ini


Pakcik Makcik 'Pusing-Pusing'

Gajah betina Sumatra menyentuh pengunjung saat mandi di sungai di Conservation Respons Unit (CRU) Sampoiniet, Aceh, Minggu (7/6/2020). Memasuki masa new normal pencegahan COVID-19, CRU Sampoiniet kembali membuka wisata konservasi meski membatasi jumlah kunjungan wisatawan. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), total jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada semester I-2020 hanya mencapai 3,09 juta kunjungan. Jumlah tersebut menurun 59,96 persen dibanding semester I-2019 yang mencapai 7,71 juta kunjungan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menuturkan penurunan kunjungan wisman di semester I-2020 sudah terjadi sejak Februari 2020 atau sejak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia.

Para pelaku usaha pariwisata di daerah mengharapkan keadaan Covid-19 dalam negeri dapat segera tertangani, sehingga pariwisata dapat segera kembali pulih. Mereka berharap kunjungan wisman ke daerah dapat membantu memulihkan kegiatan bisnis mereka.

“Wisatawan asing yang datang ke Aceh sangat tergantung dengan adanya penerbangan internasional langsung ke daerah. Seandainya penerbangan internasional dialihkan ke daerah lain maka pariwisata Aceh akan lesu,” kata Delfia Risa, pengusaha agen travel di Banda Aceh.

Sama seperti Delfia, Ridha Saputra yang bekerja sebagai pemandu wisata khawatir wisman dari Malaysia akan menghilang bila tidak ada penerbangan dari Malaysia ke Aceh.

“Wisman ke Aceh paling banyak dari Malaysia. Namun, selama pandemi, wisman Malaysia tidak ada yang datang, karena tidak ada penerbangan dari Malaysia ke Aceh,” jelas Ridha.

Tercatat sepanjang 2019, wisatawan mancanegara dari Malaysia mendominasi kunjungan wisman ke Aceh dengan jumlah 19.642 orang, kemudian disusul oleh Inggris dengan 3.075 orang, Amerika Serikat 1.373 orang, Jerman 1.189 orang, dan Tiongkok dengan 1.015 orang.

Ramainya pengunjung dari Malaysia dipengaruhi oleh kesamaan budaya Islam serta melayu yang melekat kuat pada Aceh. Provinsi ini juga disukai turis-turis asal Eropa yang memiliki hobi berwisata alam, khususnya pantai, karena mereka senang berselancar.

 


Dari Palembang Sampai Riau

Jembatan Ampera tampak begitu mempesona saat malam tiba, Palembang. Foto diambil pada Sabtu (24/1/2015). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Daerah lain, Palembang juga mencatatkan kedatangan wisman yang cukup tinggi. Sepanjang 2019, wisman yang paling banyak berkunjung ke Palembang berasal dari Malaysia dengan 8.816 orang, kemudian Singapura dengan 1.748 orang, dan Tiongkok dengan 538 orang.

Palembang memiliki daya tarik wisata sejarah dan budaya bagi wisatawan Malaysia. Budaya Melayu di Palembang dan Malaysia memiliki banyak kesamaan, salah satunya penggunaan baju adat melayu.

Riau juga sering menjadi pilihan utama para pelancong asal Malaysia karena selain jaraknya yang berdekatan, Riau juga memiliki destinasi wisata halal dan budaya Melayu yang banyak diincar wisman Malaysia.

Pada Januari-November 2019, ada sebanyak 142.673 wisman yang berkunjung ke Riau. Jumlah itu melebih target Dinas Pariwisata Riau, yaitu 81.265 orang wisman.Berdasarkan kewarganegaraan, wisman yang paling banyak berkunjung ke Riau berasal dari Malaysia dengan 78.938 orang, kemudian Singapura 11.959 orang, India 4.106 orang, Amerika Serikat 2.876 orang, dan Tiongkok 2.258 orang.

Sementara, bagi kebanyakan turis Malaysia, Sumatera Barat memiliki daya tarik wisata sejarah yang menawarkan eksplorasi jejak leluhur. Sebab cukup banyak orang Malaysia yang merupakan keturunan Minangkabau.

Pada 2019, ada sebanyak 46.730 wisman Malaysia yang berkunjung ke Sumatera Barat, kemudian disusul Australia dengan 3.004 orang, Singapura 1.729 orang, Prancis 688 orang, dan Amerika Serikat 562 orang.

Data BPS menunjukkan jumlah kunjungan wisman ke Sumatera Barat pada semester I-2020 hanya mencapai 10.874 orang atau menurun 63,86% dari 30.090 orang pada periode yang sama tahun lalu.

Wacana pengurangan bandara internasional itu boleh jadi akan menurunkan kedatangan penumpang luar negeri, termasuk wisman yang selama ini cukup tinggi ke daerah-daerah tersebut. Sebab, tidak akan ada lagi penerbangan langsung dari negara asal wisman ke daerah.

Padahal, umumnya wisman menyukai penerbangan langsung karena lebih hemat dari sisi biaya dan waktu. Mereka datang dengan tujuan berwisata keluarga, berwisata belanja, hingga berwisata alam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya