Liputan6.com, Surabaya - Aksi yang dilakukan oleh Wakapolres Lamongan Kompol Dies Ferra Ningtyas dan rombongannya membuat dua nenek kakak beradik di Kedungpring Lamongan, Jawa Timur menangis haru dan tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
Lantaran rombongan Polisi Wanita ini menyerahkan bantuan kepada Sumiati (81) sang kakak, yang sudah sekitar lima tahun tidak bisa melihat dan tidak bisa berjalan. Sedangkan sang adik bernama Supinah (71), selama ini sering pusing dan sakit lambung.
"Bantuan sosial ini kami lakukan dalam rangka rangkaian kegiatan HUT Polwan ke-72," ungkap Ferra, ditulis Kamis (27/8/2020).
Baca Juga
Advertisement
Ferra menyerahkan, bantuan berupa kursi roda untuk Sumiati. Tak hanya itu, ia juga memberikan kasur, bantal dan guling, serta bedcover.
Selain itu, Ferra memberikan perlengkapan alat makan, pakaian, selimut hingga paket sembako berisi beras, minyak goreng, mie instan dan telor ayam.
"Kami berikan kursi roda karena melihat Ibu Sumiati tidak pernah keluar rumahnya. Kami berikan kursi roda agar Ibu Sumiati bisa menghirup udara segar," tutur Ferra.
Alumni akademi polisi (Akpol) Tahun 2005 ini juga memberikan selimut agar Sumiati dan Supinah tidak kedinginan ketika malam datang. Sebab kakak adik itu tinggal di rumah anyaman bambu yang sudah banyak berlubang.
"Melihat keadaan kedua ibu ini, kita harus bersyukur dengan keadaan kita sekarang. Sebab ternyata masih banyak orang yang jauh kurang beruntung dibanding kita," ujar dia.
"Saya sudah dua kali ini mengunjungi mereka. Mungkin apa yang saya berikan tidak banyak membantu mereka. Namun, saya berharap bantuan ini bisa sedikit meringankan beban mereka," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kakak Adik Ini Hidup dalam Kemiskinan
Sang kakak bernama Sumiati (81) yang sudah sekitar lima tahun tidak bisa melihat dan tidak bisa berjalan. Selama hidupnya Sumiati belum pernah menikah. Semenjak sakit, dia menggantungkan hidupnya dari bantuan tetangga.
Sedangkan sang adik bernama Supinah (71), selama ini sering pusing dan sakit lambung. Meski begitu, dia masih bisa membantu kakaknya dalam menjalankan hidup sehari-hari. Supinah telah ditinggal suaminya meninggal dan anaknya hanya bekerja sebagai kuli bangunan di luar kota.
Kakak beradik ini hidup dalam kemiskinan di rumah masing-masing, tapi bersebelahan di sebuah lahan perkebunan. Rumah keduanya pun hanya terbuat dari bambu dan seng.
Advertisement