Liputan6.com, Jakarta - Pepatah bijak mengatakan jangan beri umpannya, tetapi beri kailnya. Begitu lah yang dilakukan Melia Bali lewat program Linens for Life sejak awal pandemi melanda Indonesia.
Lewat peralatan hotel berbahan linen, serta handuk yang sudah tak terpakai di hotel, pihaknya memberdayakan para ibu di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung. Bagaimana caranya?
Baca Juga
Advertisement
Director of Guest Experience Melia Bali, Frieda Zuther mengatakan, program tersebut adalah kelanjutan kerja sama dengan Bali Life Foundation, sebuah lembaga nonprofit yang berfokus pada lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Sekitar dua bulan lalu, mereka bermitra mengolah linen bekas jadi masker.
"Ketika pandemi, apa yang bisa kita lakukan untuk komunitas? Kalau bicara uang, semua kekurangan. Oh iya, kenapa tidak minta ibu-ibu di TPA Suwung untuk buat sesuatu. Di sana ada penjahit juga, biar nggak nganggur, mereka kami minta bikin bag," kata Frieda pada Liputan6.com, Selasa, 25 Agustus 2020.
Penawaran tersebut diajukan setelah melihat situasi terkini. Menurut Frieda, pandemi banyak memunculkan protokol baru yang harus ditanggapi secara cepat agar antara ekonomi dan kesehatan bisa berjalan beriringan. Salah satunya penggunaan laundry bag di hotel.
Melia secara global, sambung Frieda, berkomitmen mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam semua aspek operasional hotel. Selama ini, soil bag atau tas untuk menampung cucian kotor biasanya menggunakan kantung plastik sebelum diserahkan ke tempat laundry di luar area hotel.
Di sisi lain, mereka juga mendapati banyak bed sheet maupun handuk yang sudah tidak terpakai sebenarnya masih bisa dimanfaatkan. Dari situlah terbersit ide untuk dibuatkan tas cucian kotor yang bisa dipakai berulang kali.
"Sebelum program ini, linen yang kita anggap masih bagus, seperti bed sheet dan towel yang layak pakai, kita donasikan ke panti asuhan. Sementara kalau robek, kita potong-potong jadi lap. Kita recycle. Tapi, untuk Linens for Life, daripada kita buang atau didonasikan, kita bisa pakai lagi," tutur Frieda.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tak Ingin Sendiri
Melia menyediakan seluruh bahan baku pembuatan tas, yakni linen bekas dan tali. Tak hanya itu, ibu-ibu pembuat tas juga diberikan ongkos jahit sebagai bantuan pemasukan bagi mereka yang makin terjepit karena pandemi.
"Walau kecil, tapi ada proyek untuk mereka. Biar mereka ada kegiatan dan pemasukan," kata Frieda tanpa menyebut angka.
Sejauh ini, proyek berjalan positif. Tas cucian kotor kini bahkan tak hanya dipakai untuk kamar tamu, tetapi juga di tempat spa. Ia berharap aksi Melia tersebut bisa menginspirasi hotel-hotel lain agar bersama-sama menekan sampah plastik.
Sementara, Melia menerapkan prosedur berbeda terkait pembersihan kamar tamu. Frieda mengatakan proses pembersihan baru bisa dilakukan bila tamu tak ada di kamar. Petugas juga harus memakai penutup lengkap, mulai dari hairnet hingga shoe cover, untuk melindungi mereka bekerja sekaligus mencegah kontaminasi kuman dari luar.
Belakangan, okupansi hotel meningkat, khususnya pada musim libur panjang pada 17 Agustus lalu. Tamu yang didominasi dari Jakarta dan sekitarnya, serta Surabaya, mulai berdatangan untuk menikmati liburan di Bali.
"Sebenarnya sekarang menurut saya the best moment. Udah enggak ada traffic di Legian, Seminyak, Ubud. Memang belum semua toko buka, mungkin karena pertimbangannya tamunya enggak banyak. Tapi di Melia Bali, semua ada," kata Frieda.
Advertisement