Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengatakan industri keuangan memiliki kekuatan prima dalam mendorong program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pemerintah. Sebab sektor keuangan memiliki modal yang cukup untuk menyalurkan kredit untuk memberikan permodalan.
"Kita enggak worry (khawatir) bank modalnya tidak cukup dalam hal mendorong pertumbuhan kredit," kata Wimboh dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Kamis (27/8/2020).
Advertisement
Wimboh menuturkan, di level permodalan, OJK mencatat, bank masih punya ruang yang besar untuk mencapai pemulihan ekonomi. Bahkan saat penyusunan RAPBN 2021, dia menilai perekonomian tidak memiliki masalah dalam permodalan.
Selain itu, perbankan juga memiliki likuiditas yang cukup saat menyalurkan kredit. Perbankan bahkan masih memiliki permodalan yang besar jika ada yang mengajukan kredit dalam jumlah besar.
"Perbankan ini banjir likuiditasnya, ada yang mampu mendukung kredit yang cukup besar," kata dia.
Hanya saja, fakta yang terjadi di lapangan bukan masalah suplai pendanaan. Melainkan permintaan produk atau sektor konsumsi yang masih rendah. Sehingga membuat para pelaku usaha masih belum berani kembali beroperasi.
Di sektor pariwisata misalnya, pengusaha hotel dan restoran masih belum mempertimbangkan untuk mengajukan kredit permodalan.
Artinya, kata Wimboh, hal ini menunjukkan masyarakat masih belum yakin dan percaya untuk kembali beraktivitas seperti sebelum pandemi.
"Bukan dari permasalahan modal, tapi ada atau tidaknya permintaan yang bikin pengusaha ini beraktivitas kembali," kata Wimboh.
Dia menambahkan sejauh ini, pengajuan kredit permodalan didominasi oleh para pelaku usaha Mikro dan UMKM. Sementara pinjaman modal dalam angka besar masih belum maksimal karena membutuhkan hitungan yang terukur.
Sehingga proses percepatan pemulihan ekonomi bukan disebabkan suplai permodalan, tetapi ada faktor lain juga berkontribusi.
"Jadi percepatan tergantung banyak hal bukan dari kredit aja," katanya orang nomor satu di OJK itu.
Merdeka.com
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
OJK: Laju Pertumbuhan DPK Bank Terus Membaik
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, mengatakan laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank relatif solid di angka 8,53 persen YoY.
“Kita lihat DPK dana masyarakat Juli meningkat 8,3 persen, di mana Juni kemarin hanya 7,95 persen jadi ada perbaikan, tapi DPK ini hanya konsisten cukup tinggi di mana Maret 9,54 persen, April 8,8 7 persen, Mei 8,87 persen,” kata Wimboh dalam konferensi pers perkembangan kebijakan dan kondisi terkini sektor jasa keuangan, Kamis (27/8/2020).
Pertumbuhan tersebut disebabkan lantaran pertumbuhan DPK ditopang oleh kenaikkan deposito di tengah turunnya giro, dan pergerakan DPK sejalan dengan aliran dana asing pasca stimulus moneter global.
Selanjutnya, peningkatan DPK sejalan dengan DPK rupiah, sementara DPK valas terpantau menurun sebesar 11,06 persen. Kendati begitu, DPK masih tumbuh double digit pada bank BUKU 4. Namun perlu dicermati penurunan DPK yang semakin dalam di BUKU 1 sejak Maret 2020.
“Kalau kita lihat dari kategori buku kredit tercatat cukup masif di BUKU 4 yaitu 2,41 persen Yoy, dan buku 2 sebesar 4,48 persen YoY. Untuk Buku 1 pertumbuhannya 0,3 persen Yoy, bahkan di buku 3 terkontraksi -13,1 persen YoY,” ujarnya.
Demikian, ia menegaskan perlu dicermati terdapat beberapa bank mengalami merger sehingga ini bisa terjadi perpindahan. Tercatat 4 bank berpindah dari BUKU 1 ke BUKU 2, dan 2 bank berpindah dari BUKU 2 ke BUKU 4.
Wimboh menambahkan, dilihat dari sisi intermediasi perbankan jasa keuangan sudah mulai melakukan pergerakan. Karena adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar yang mendorong kredit perbankan sedikit meningkat menjadi 1,53 persen, di mana sebelumnya ada 1,4 persen.
“Ini kalau kita lihat angka mingguannya kadang-kadang naik, namun ini angka akhir bulan adalah angka yang kita pakai karena sudah kita bersihkan. Selain kredit di mana bulan Juli ini tumbuh 1,53 persen, Juni kemarin 1,49 persen. Trennya sudah mulai mudah-mudahan meningkat di Agustus dan September dan akhirnya bisa pelan-pelan menjadi lebih baik di akhir tahun,” pungkas orang nomor satu di OJK itu.
Advertisement