Legenda Jaka Linglung dan Bergolaknya Oro-Oro Kesongo Blora

Wisata Geologi Kesongo di Kabupaten Blora, yang baru saja menyemburkan lumpur panas, ternyata menyimpan banyak misteri.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 28 Agu 2020, 13:46 WIB
Wisata Geologi Kesongo di Kabupaten Blora, yang baru saja menyemburkan lumpur panas, ternyata menyimpan banyak misteri. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Wisata Geologi Kesongo di kawasan KPH Randublatung, Dukuh Sucen, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah yang baru saja menyemburkan lumpur panas, ternyata menyimpan banyak misteri. Warga sekitar setidaknya kerap menjadikan tempat itu sebagai lokasi mencari isyarat gaib.

Ada legenda yang menyelimuti kawasan itu. Kesongo yang oleh warga sekitar disebut Oro-Oro Kesongo, dahulu merupakan tempat Ajisaka menghukum putranya yang bernama Jaka Linglung.

Pemerhati Sejarah Blora, Eko Arifianto kepada Liputan6.com, Kamis (27/8/2020) mengatakan, menurut cerita legenda, Jaka Linglung dulu telah memakan sembilan penggembala kambing, sehingga dihukum oleh ayahnya, Ajisaka.

"Jadi, Kesongo itu erat kaitannya dengan cerita Ajisaka," katanya.

Asal-usul nama Kesongo berasal dari kisah sembilan penggembala kambing yang dimakan oleh Jaka Linglung.

"Konon jelmaan Jaka Linglung sendiri itu berwujud ular besar atau naga raksasa," katanya.

Kesongo disebut juga dengan istilah Pesongo, yang merupakan singkatan dari apese wong songo (nasib sial sembilan penggembala kambing).

Dia menjelaskan Kesongo terbagi atas tiga bagian, yaitu kawasan padang rumput, kawasan rawa, dan kawasan semburan lumpur. Secara keseluruhan, luasnya mencapai ratusan hektare.

 

 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:


Syarat Menumpas Bajul Putih

Eko menuturkan, Ajisaka enggan mengakui Jaka Linglung sebagai putranya. Keengganan ini disampaikan Ajisaka secara halus dengan memberikan prasyarat kepada putranya untuk menumpas Bajul Putih (siluman buaya putih) yang menebar teror di pantai selatan.

Jaka Linglung pun berusaha memenuhi syarat yang diberikan oleh Ajisaka dengan memburu Bajul Putih yang merupakan penjelmaan dari Prabu Dewata Cengkar, seorang Raja Kanibal yang telah dikalahkan oleh Ajisaka.

"Dalam pertempuran itu, Jaka Linglung berhasil membunuh Bajul Putih dan membawa kepalanya kepada Ajisaka," kata Eko

Namun, lanjutnya, Ajisaka memberi prasyarat kedua bagi Jaka Linglung agar diakui sebagai putra Ajisaka. Syarat tersebut adalah Jaka Linglung harus melakukan olah tapa, tidak boleh makan dan minum kecuali makanan itu datang sendiri ke mulutnya.

"Lagi-lagi Jaka Linglung dengan patuh menyanggupi prasyarat yang diberikan oleh sang ayah," kata Eko.

Jaka Linglung pun bertapa dengan membuka lebar-lebar mulutnya sehingga menyerupai sebuah gua di tengah lapangan. Ratusan tahun kemudian, kata dia, wujud naga Jaka Linglung pun telah dipenuhi dengan lumut, semak dan tumbuhan merambat. Sehingga, banyak yang mengira mulut Jaka Linglung adalah sebuah gua.

 


Nasib Nahas 9 Gembala

Pada suatu hari, terjadilah hujan lebat disertai badai. Sepuluh anak desa penggembala kambing berusaha mencari tempat berteduh, mereka melihat sebuah gua tidak jauh dari tempat mereka menggembala kambing.

Karena salah satu anak dari sepuluh penggembala kambing tersebut berpenyakit kudis, kawan-kawan menolaknya untuk ikut berteduh di gua tersebut," ungkapnya. Jaka Linglung seketika menutup mulutnya setelah sembilan anak desa tersebut masuk ke dalam gua yang tak lain adalah mulut Jaka Linglung.

"Seorang anak berpenyakit kudis yang selamat tersebut pun berlari dan mengabarkan kepada penduduk desa tentang peristiwa yang dialami sembilan temannya," ungkap Eko.

"Sebagai peringatan atas peristiwa yang terjadi pada sembilan penggembala kambing tersebut, tempat itu diberi nama Pesongo (Kesongo)," imbuhnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya