Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara akibat kebakaran hutan yang tidak tertangani di kawasan Amazon, Brasil dinilai dapat meningkatkan kematian oleh para peneliti dan aktivis HAM.
Terutama di kalangan orang-orang yang terjangkit Virus Corona, khususnya di kota-kota di dekat hutan hujan tropis itu, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (28/8/2020).
Baca Juga
Advertisement
Peneliti lingkungan di Human Rights Watch Luciana-Tellez-Chevez mengatakan, suatu studi yang dilakukan organisasi tersebut mendapati bahwa sistem kesehatan yang kesulitan memberikan layanan bagi pasien lanjut usia.
Terutama mereka yang mengidap Corona COVID-19. Rumah sakit juga diprediksi akan kebanjiran pasien baru akibat penyakit pernapasan karena asap dari kebakaran di Amazon.
Organisasi HAM tersebut juga mengungkapkan bahwa 2.195 orang dirawat di rumah sakit karena penyakit pernapasan akibat kebakaran Amazon tahun 2019.
Direktur Human Rights Watch Brasil Maria Laura Canineu mengatakan polusi udara yang disebabkan asap dari kebakaran tersebut telah menyebabkan masalah kesehatan kronis seperti Virus Corona yang sebetulnya dapat dicegah.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengirim militer untuk mengatasi kebakaran hutan pada Mei lalu, tetapi para pakar lingkungan mempertanyakan apakah upaya itu efektif dalam memperbaiki kualitas udara.
Simak video-nya di bawah ini:
NASA: Kebakaran Hutan Amazon Kali Ini Pecahkan Rekor
Pada Agustus 2019, hutan Amazon di Brasil terbakar. Saat api menyapu wana yang berpengaruh untuk iklim global itu, satelit dan astronot NASA di Stasiun Luar Angkasa Internasional melacak api dari atas.
Temuan NASA menunjukkan, kebakaran Hutan Amazon kali ini adalah yang terbesar sejak 2010 -- satu rekor tersendiri dalam sejarah Brasilia.
Pendeteksian kebakaran itu menggunakan Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) milik NASA. Alat itu telah digunakan sejak 2003 seperti dilansir dari laman Space.com.
Hutan Amazon, yang menyediakan sekitar 20% oksigen dunia, telah terbakar selama berminggu-minggu. Kebakaran itu telah memicu kemarahan publik ketika para pencinta lingkungan menyalahkan oknum penebang dan peternak karena menyalakan api untuk membuka lebih banyak lahan.
Data dari Atmospheric Infrared Sounder (AIRS) di satelit Aqua NASA menunjukkan segumpal karbon monoksida, polutan yang tetap di atmosfer selama sekitar satu bulan, di wilayah barat laut Amazon, menyebar ke selatan dan timur menuju Sao Paolo pada ketinggian 18.000 kaki (5.500 meter), menurut pernyataan NASA .
Advertisement