Sandiaga Sebut Kondisi Ekonomi Saat Ini Lebih Parah dari Krisis 1997 dan 2008

Sandiaga menyatakan, sekitar 47 persen UMKM yang disurvei sudah menutup usaha mereka di tengah pandemi covid-19.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 28 Agu 2020, 05:45 WIB
Pengusaha dan juga mantan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Salahudin Uno menilai kondisi ekonomi saat ini berbeda dengan krisis ekonomi 1997 dan 2008. Bahkan menurut Sandi kondisi ekonomi saat ini lebih parah.

Pasalnya, pada krisis yang terjadi tahun 1997 dan 2008 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) malah tidak terlalu terdampak dan kala itu justru menjadi penyelamat ekonomi nasional.

"Kali ini UMKM terpukul jatuh di ronde-ronde pertama, karena pembatasan sosial, ketidak ketersediannya omzet untuk UMKM. Ini langsung menghantam likuisitas dan cashflow mereka,” kata Sandiaga Uno di Jakarta, Kamis (27/8/2020).

Bahkan, saat ini menurut mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HPMI) ini, sekitar 47 persen UMKM yang disurvei sudah menutup usaha mereka di tengah pandemi covid-19.

Dengan adanya perbedaan kondisi ini, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini mendorong pemerintah agar menyikapinya dengan memberikan bauran kebijakan yang menyasar kepada dua sisi.

“Pertama adalah sisi konsumsi karena kita harus pulihkan daya beli. Buat satu program yang secara efektif bisameningkatkan ekonomi keluarga,” ujar Sandiaga.

Sementara yang kedua, adalah pemulihan sektor-sektor yang mendorong penciptaan lapangan kerja. Mulai dari sektor pangan, sektor digital, sektor kesehatan, dan secara rasional kita mencoba melakukan satu adaptasi dalam keadaan ekonomi yang sangat sulit ini.


Pahlawan Perekonomian

"Kalau kita adaptif, kita lihat sektor sektor yang rendah resiko kesehatannya. Namun tinggi manfaat ekonominya," jelasnya.

Sandi mengingatkan, UMKM adalah pahlawan perekonomian Indonesia dimana 60 persen produk domestik bruto (PDB) berasal dari UMKM. Selain itu, sekitar 97 persen lapangan kerja dicipitakan dari sektor UMKM juga.

"Dampak UMK ini dirasakan 60 juta masyarakat Indonesia. Saya rasa tepat jika kita fokuskan di sektor UMKM dan ekonomi keluarga," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya