Liputan6.com, Jakarta - Indonesian Public Institute (IPI) merilis hasil survei pemilihan wali kota (Pilwalkot) Solo, Jawa Tengah. Hasilnya, pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa memperoleh hasil tertinggi.
Survei bertajuk Potret Dinamika Pilkada Solo: Membaca Peluang Kandidat dan Perilaku Pemilih diselenggarakan pada 3 hingga 7 Agustus 2020. Survei menggunakan metode multi stage random sampling dengan margin of error + -4,8 persen, dengan jumlah responden sebanyak 440 responden.
Advertisement
Direktur Eksekutif IPI Karyono Wibowo mengatakan, survei ini untuk menakar elektabilitas Gibran jika disandingkan dengan lawannya jalur independen Bagyo Wahyono-FX Supardjo. Hasilnya Gibran-Teguh mendapa 49,7 persen, sedangkan pasangan Bajo memperoleh 1,6 persen.
"Jika skenarionya pasangan Gibran-Teguh melawan Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo), tingkat dukungan Gibran-Teguh 49,7 persen, pasangan Bajo 1,6 persen dan undecided 48,7 persen," kata Karyono, dalam keterangan tertulis, Kamis (27/8/2020).
Menurut Karyono, elektabilitas pasangan Gibran-Teguh juga mengalahkan pasangan calon lainnya. Misalnya, pasangan Gibran-Teguh dilawankan dengan pasangan Ahmad Purnomo - BRA Woelan Sari Dewi. Di sini elektabilitas pasangan Gibran-Teguh sebesar 47,2 persen dan Ahmad Purnomo - BRA Woelan Sari Dewi hanya 5,5 persen. Sementara undecided 47,4 persen.
"Dalam skenario head to head dengan mensimulasikan pasangan lain, hasilnya tetap menunjukkan pasangan Gibran-Teguh semakin kuat, tapi berbanding lurus dengan kenaikan undecided voters," papar Karyono.
Tak hanya itu, jika ada tiga pasangan calon, pasangan Gibran-Teguh diprediksi akan tetap unggul. Elektabilitas pasangan Gibran-Teguh mencapai 47 sampai 51 persen. Sementara pasangan Bajo masih di bawah 2 persen dan Ahmad Purnomo - Abdul Ghofar hanya 7,3 persen.
"Dalam skenario simulasi tanpa Achmad Purnomo, elektabilitas pasangan pasangan Gibran-Teguh cenderung naik di kisaran 51 persen. Tapi jumlah undecided voters juga cenderung naik, berbanding lurus dengan kenaikan elektabilitas Gibran-Teguh. Dan jumlah undecided voters berada di kisaran 47 persen," jelasnya.
Apalagi, kata dia, potensi kemenangan Gibran-Teguh juga cukup besar jika skenarionya melawan kotak kosong. Namun, jika melawan kotak kosong Gibran juga berisiko besar karena undecided voters di Solo ada 40 persen.
"Karena untuk saat ini tingkat dukungan Gibran-Teguh baru 53,5 persen belum mencapai zona aman meskipun dukungan kotak kosong untuk saat ini sekitar 1,6 persen. Tapi undecided votersnya masih 40,3 persen," ungkapnya.
Selain itu, posisi Gibran juga disebut semakin kokoh jika berhadapan dengan calon yang akan diusung PKS Bagyo Wahyono dan Abdul Ghofar Ismail. Elektabilitas Gibran dalam simulasi ini ada di posisi 47,8 persen, naik 2,9 persen. Sementara Bagyo Wahyono baru 1,4 persen, naik 0,3 persen dari sebelumnya 1,1 persen menjadi 1,4 persen.
Adapun Abdul Ghofar juga cenderung naik dari 0,9 persen menjadi 1,4 persen. Dengan demikian, Karyono mengatakan, dalam skenario simulasi calon tanpa Achmad Purnomo justru undecided voters naik signifikan sebesar 4,7 persen dari posisi 44,7 persen menjadi 49, 4 persen. Begitu juga dalam simulasi nama lainnya, posisi Gibran semakin meningkat tapi simetris dengan meningkatnya undecided voters.
"Peta dukungan kandidat dalam skenario 4 atau 3, tanpa Achmad Purnomo, menunjukkan ada pergeseran dukungan. Pemilih Achmad Purnomo mengalami penurunan tapi belum sepenuhnya mengalihkan dukungan ke Gibran. Sebagian besar bersikap wait and see," katanya.
Lebih lanjut, Karyono menambahkan dari simulasi enam nama calon, elektabilitas Gibran paling tinggi, yaitu 44,9 persen. Posisi elektabilitas Gibran jauh melampuai kandidat lainnya.
Sosok Achmad Purnomo merosot di posisi kedua dengan elektabilitas 8,4 persen. Untuk sementara tingkat elektabilitas Bagyo Wahyono 1,1 persen, Abdul Ghofar 0,9 persen. Adapun kandidat lainnya semakin tenggelam dan yang mengatakan rahasia 13 persen, belum memutuskan 22,1 persen. Sementara yang mengatakan tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 9,6 persen.
"Tren elektabilitas Gibran terus menanjak selama kurang lebih 8 bulan. Kondisinya berbading terbalik dengan Achmad Purnomo yang terus merosot. Elektabilitas Gibran di bulan Desember 2019 masih sekitar 29,5 persen, posisinya masih di bawah Achmad Purnomo yang saat itu di posisi 41,8 persen," tuturnya.
"Namun elektabilitas Gibran di bulan Juni 2020 naik menjadi 37,8 persen, naik lagi di bulan Agustus 2020 pasca rekomendasi dari PDI-P menjadi 44,9 persen. Sedangkan Achmad Purnomo terus menurun dari 41,8 persen di bulan Desember 2019, menurun menjadi 28, 3 persen pada Juni 2020 dan merosot tajam di bulan Agustus 2020 tinggal 8,4 persen," tambah Karyono.
Menurutnya, pemilih militan Gibran tertinggi dibanding kandidat lainnya. Pemilih militan Gibran dalam survei ini mencapai 32,6 persen, Achmad Purnomo 4,8 pesen, Bagyo Wayono 0,9 persen, Abdul Ghofar Ismail 0,7 persen, BRM Syailendra Soeryo Soepomo 0,0 persen, dan BRA Putri Woelan Sari Dewi 0,0 persen.
"Swing Voter, yaitu pemilih yang belum memutuskan dan pemilih yang masih dapat berubah pilihannya sebesar 61, 1 persen," katanya.
Dia menganalisis tingginya elektabilitas pasangan Gibran-Teguh tak lepas dari partai pengusung, termasuk PDI-Perjuangan. Disebutkan, sebanyak 49,4 persen responden mengaku cukup suka, 13,4 persen sangat suka, 5,7 persen kurang suka, 1,6 persen tidak suka sama sekali, dan 29,8 persen mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Masyarakat Solo Puas Kinerja FX Rudy
Selain itu, Survei IPI juga merilis survei tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemkot Solo, khususnya kinerja FX Hadi Rudiyatmo sebagai Wali Kota. Menurut Karyono, secara umum sebesar 15,7 persen responden mengaku tidak puas terhadap kinerja FX Hadi Rudiyatmo sebagai wakil wali kota, 65,4 persen cukup puas, 10,5 persen kurang puas, 0,2 tidak puas sama sekali, dan 8,2 mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.
Sementara tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Achmad Purnomo sebagai Wakil Wali Kota sangat puas.
"Sebanyak 9,8 persen mengaku sangat puas, 68,8 persen cukup puas, 11,4 persen kurang puas, 0,2 persen tidak puas sama sekali dan 9,8 persen mengaku tidak tahu atau tidak menjawab," tandas Karyono.
Terkait keberhasilan Pemkot Solo mengatasi persoalan, Karyono menegaskan bahwa sebanyak 9,3 persen responden menjawab Pemkot Solo sangat berhasil. Sebanyak 71,1 persen cukup berhasil, dan 10,7 responden mengatakan kurang berhasil. Sementara yang menjawab tidak berhasil 0,5 persen. Adapun yang mengaku tidak tahu atau tidak menjawab 8,4 persen.
Advertisement