Liputan6.com, Kupang - Dusun Glak merupakan salah satu daerah terpencil di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dengan jarak kurang lebih 50 kilometer dari kota Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka.
Disaat warga lain sudah bebas menikmati akses internet ataupun telekomunikasi, warga di wilayah ini, sama sekali belum merasakannya.
Baca Juga
Advertisement
Jangankan sinyal internet, demi mendapatkan sinyal telepon saja, warga Dusun Glak, Desa Hale, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) harus rela memanjat pohon mangga setinggi 12-15 meter.
Hal seperti ini sering dilakukan oleh sedikitnya 240 KK warga Dusun Glak bila ingin menghubungi keluarga mereka ataupun keperluan mendadak.
"Kami kalau mau telpon dengan keluarga, harus panjat pohon. Kalau tidak panjat berati tidak ada dapat sinyal," ungkap Fransiskus Sensus, warga Dusun Galak kepada Liputan6.com, Selasa (26/8/2020) lalu.
Sejak sinyal telepon masuk di Kabupaten Sikka dan masyarakat Kabupaten Sikka mulai menggunakan handphone, warga Dusun Glak belum pernah menikmati sinyal seperti masyarakat pada umumnya.
Ia menyebut, warga sangat mengharapkan sinyal bisa masuk di Dusun Glak agar bisa berkomunikasi dengan sanak keluarga. Jika sinyal telepon sudah masuk secara tidak langsung warga juga akan lebih mudah mengakses internet sehingga bisa berselancar di media sosial.
"Kadang sehari bisa 3-4 orang datang dan panjat pohon mangga ini untuk telepon. Kalau sudah di atas pohon, susah untuk bergeser, kalau geser sedikit pasti sinyalnya hilang dan kita harus pindah lagi ke dahan pohon yang lain untuk bisa dapatkan sinyal," sebutnya.
Ia berharap pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat untuk bisa memasang base transceiver station (BTS) untuk warga di wilayah itu. Hal itu sangat penting, mengingat zaman sekarang, jaringan telepon menjadi salah satu kebutuhan pokok seluruh masyarakat.