Cerita Akhir Pekan: Wisata yang Dulu Jarang Dilirik tapi Malah Menarik Selama Pandemi

Tak lagi terelakkan bahwa pandemi membawa segudang perubahan ke sektor pariwisata, mulai dari jenis, sampai agenda perjalanan.

oleh Asnida Riani diperbarui 29 Agu 2020, 10:50 WIB
Ilustrasi travel (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi membuat miliaran orang di dunia berbondong mengadaptasi ragam kebiasaan baru, tak terkecuali saat berbicara tentang pilihan wisata. Setelah menunda, bahkan membatalkan perjalanan karena aturan pembatasan, dua bulan terakhir, sektor ini kembali bergeliat.

Dalam prosesnya, ternyata ada perubahaan kebiasaan, hingga ditemukan preferensi perjalanan yang semula tak terlalu dilirik, tapi malah menarik di masa krisis kesehatan global.

Menurut Manager Operasional Campa Tour and Travel, Ari Hendra Lukmana, wisata trekking di kawasan Sentul dan Bogor, Jawa Barat, jadi opsi yang masuk dalam kategori tersebut. "Dulu bukan sama sekali tak ada, cuma sedikit banget. Karena sebelum pandemi, orang suka jalan lebih jauh," katanya saat dihubungi Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Go local dengan agenda trekking, kata Ari, dulunya kebanyakan jadi pilihan wisataman mancanegara (wisman) yang melakoni business trip ke Jakarta. Jarak tak terlalu jauh membuat mereka tak menghabiskan banyak waktu untuk sejenak menikmati suasana alam.

Ilustrasi wisata virtual. Foto: Pixabay Funky Focus.

Pilihan wisata lain yang juga hadir selama pandemi adalah virtual tour. Berdasarkan keterangan Farid Mardhiyanto dari Jakarta Good Guide, pilihan tur tematik jadi salah satu jenis virtual tour yang ramai peminat.

"Misal, kayak tur bertema kemerdekaan kemarin. Offline sebetulnya seru karena harus ke Rengasdengklok. Tapi, secara perhitungan waktu jadi panjang, perlu berapa jam. Jadi, narasinya tidak bisa real time. Nah, kalau secara virtual, cerita bisa runut," ucap Farid saat dihubungi Rabu, 26 Agustus 2020.

Pun sama halnya dengan tur patung dan monumen ikonis yang tersebar di seantero Jakarta. "Dari patung arjuna di dekat Monas, terus pindah ke pantung pancoran. Kalau secara jarak kan lumayan jauh ya itu," imbuhnya.

Pilihan tur daring ke luar negeri pun jadi opsi lain yang tak kalah menarik atensi. Menurut Farid, jenis perjalanan ini dipilih karena peserta tur virtual belum jua kesampaian bertandang atau tengah menyiapkan diri untuk pergi karena tempat tersebut sudah lama jadi destinasi impian.

"Makanan ada apa saja, yang halal di mana. Tips dan trik traveling di tempat itu," katanya. Sebagai terobosan, pihak Jakarta Good Guide juga menjajal format virtual tour berbeda. Dalam trip, pramuwisata nantinya langsung ke tempat, namun peserta tetap mengikuti perjalanan secara virtual.

Pengadaan wisata virtual pun jadi salah satu adaptasi yang dilakukan Traveloka. "Konten Wisata Virtual yang merupakan salah satu sesi Traveloka LIVEstyle Flash Sale punya jumlah penonton tertinggi hingga mencapai 40 persen dari seluruh penonton," kata Terry Santoso selaku Head of Marketing Traveloka Xperience lewat pesan, Sabtu (29/8/2020).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perubahan Kebiasaan Berwisata

Ilustrasi travel. (dok. Pexels/Artem Beliaikin)

Terry menjelaskan, perubahan perilaku pengguna Traveloka juga terlihat dari segi perencanaan perjalanan. Menurut data internal pihaknya, para pengguna cenderung melakukan perencanaan perjalanan 7--14 hari sebelum keberangkatan.

Tujuan perjalanan yang paling digemari antara lain wisata alam terbuka, tur privat, trekking, taman bermain terbuka, dan kebun binatang atau lokasi konservasi satwa. "Selain itu, kami juga melihat adanya perubahan tren wisata dalam grup lebih kecil, yaitu 2--4 wisatawan dalam satu perjalanan," katanya.

"Kemudian untuk produk gaya hidup, seperti spa dan kecantikan, salon, juga perawatan tubuh mulai menunjukkan peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan transaksi yang dialami para mitra Clean Xperience," imbuh Terry.

Soal perjalanan tur privat, trip planner, sekaligus fotografer, Lalu Ahid Khawarizm juga menyuarakan hal serupa dengan presentase hingga 90 persen. Sejak kembali membuka trip pada pertengahan Juli lalu, lelaki yang jadi bagian tim operator perjalanan Kakisumpit ini mengatakan, wisatawan di masa pandemi cenderung mencari suasana lebih tenang.

"Tidak terlalu tertarik untuk menikmati kegiatan-kegiatan yang mungkin bisa dilakukan di tempat wisata, seperti berenang di pantai atau snorkeling di laut," kata pria yang akrab disapa Ale tersebut lewat pesan Rabu, 26 Agustus 2020.

Dalam mengakomodir kebiasaan ini, pihaknya pun melakukan ragam penyesuaian. "Karena layanan tur kami pun sebetulnya sangat fleksibel. Destinasi yang wisatawan ingin kunjungi bisa pilih mau ke mana saja dan kegiatan yang ingin dilakukan itu apa saja, jadi based on discussion," katanya.

 


Mengakomodasi Perubahan dalam Berwisata

Ilustrasi wisata trekking. (dok. unsplash/@orimi_picture)

Dalam beradaptasi, pihak Traveloka percaya inovasi dan kolaborasi dengan mitra merupakan kunci mempercepat pemulihan industri pariwisata dari dampak pandemi COVID-19. Komitmen ini pun kemudian ditransfer dalam bentuk produk dan layanan yang tepat guna bagi konsumen.

Beberapa di antaranya adalah mendedikasikan laman khusus yang menyediakan informasi terkait persyaratan perjalanan wajib yang ditetapkan pemerintah. "Selain itu, pop up notification berisi pengingat persyaratan perjalanan juga akan muncul ketika pengguna mengakses laman pencarian produk tiket pesawat," kata Terry.

Lalu, meluncurkan produk tes COVID-19 dengan menggandeng mitra berjaringan luas, seperti Prodia, Klinik Pintar, Siloam Hospital, dan Biotest yang tersebar di 44 kota dan kabupaten. Terdapat pula COVID-19 Drive Thru di kawasan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

Kemudian, menghadirkan program Wander Week: Fly Worry Free, yang memudahkan pengguna mengatur jadwal penerbangan dengan mengajukan perubahan jadwal berkali-kali tanpa biaya tambahan. Pihaknya pun menginisiasi Traveloka LIVEstyle Flash Sale.

"Kami juga meluncurkan kategori produk Online Xperience dari anak bangsa yang memiliki keahlian di bidang masing-masing, sehingga mereka tetap mendapatkan pemasukan dan di saat yang bersamaan membantu pengguna tetap produktif walau di rumah saja," katanya.

Juga, mengadakan kampanye Traveloka Clean Partners. Inisiatif ini memudahkan pengguna memilih produk dan layanan perjalanan dan gaya hidup dari mitra Traveloka yang sudah berkomitmen memenuhi standar protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan sesuai ketentuan pemerintah.

"Saat ini kami fokus memberi inovasi produk layanan yang memberi rasa aman bagi para pengguna, seperti menyediakan layanan mengedepankan protokol CHSE, serta fitur-fitur yang memberi fleksibilitas bagi para pengguna," Terry menjelaskan.

Mengingat perkembangan situasi pandemi yang belum bisa diprediksi, pihaknya juga terus memantau situasi terkini dan berkoordinasi dengan pemerintah mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan sebagai salah satu pelaku industri untuk mendorong percepatan pemulihan sektor pariwisata dan, pada saat yang bersamaan, tetap mensosialisasikan Protokol CHSE.


Wisata Pascapandemi

Ilustrasi wisata trekking. (dok. unsplash/@donmarqvez)

Memberi rasa aman, kata Agustini Rahayu selaku Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, juga jadi fokus utama pihaknya sekarang.

Dalam praktiknya, pemerintah telah mengeluarkan protokol kesahatan yang mengatur protokol kesehatan bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dengan mengedepankan Clean, Healthy, Safety, dan Environment (CHSE).

"Kemenparekraf/Baparekraf memprediksi produk ekowisata di Indonesia akan sangat diminati pascapandemi COVID-19. Kami prediksikan kegiatan wisata berbasis alam paling cepat rebound karena eco turism bukan mass tourism, tapi wisata minat khusus. Kita mendukung akan kembalinya atau malah berkembangnya ekowisata di Indonesia," katanya melalui pesan, Rabu, 26 Agustus 2020.

"Terlebih dengan hadirnya tren baru dalam berwisata, di mana wisatawan lebih memerhatikan protokol-protokol wisata, terutama yang terkait kesehatan, keamanan, dan kenyamanan," imbuhnya.

Ke depan, sambung Agustini, persoalan mengenai kesehatan, kebersihan, keselamatan, keamanan, dan prinsip pariwisata berkelanjutan akan jadi isu utama bagi dunia pariwisata.

"Wellness tourism juga diprediksi akan cepat rebound. Banyak orang membutuhkan kebugaran pascakerja rutin yang tinggi dengan pasarnya adalah masyarakat urban," tandasnya.

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya