Dr Reisa Broto Asmoro: Anak yang Kena Stunting, Tidak Bisa Balik Normal

Penting sekali mencegah anak lahir stunting dengan hidup sehat sejak remaja.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 29 Agu 2020, 13:56 WIB
Pengamat Kesehatan Dr Reisa Broto Asmoro dan Sarjana Gizi Universitas Indonesia dan Tanoto Scholar 2017, Melinda Mastan diskusi daring Saatnya Remaja Berperan Cegah Stunting yang diselenggarakan Tanoto Foundation belum lama ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Kesehatan, Dr Reisa Broto Asmoro, mengatakan, remaja punya peran sangat besar dalam memerangi kejadian stunting yang masih menjadi momok di Indonesia.

Raisa, menjelaskan, stunting atau masalah gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek bisa terjadi karena kurangnya asupan gizi di 1.000 hari pertama kehidupan. Hal ini terjadi lantaran kurangnya pengetahuan remaja putri calon ibu.

"Stunting itu suatu penyakit yang tidak bisa balik lagi. Yang sudah kena stunting, tidak bisa balik normal," Reisa mengingatkan.

Perlu diingat bahwa remaja adalah calon ayah dan ibu di masa depan. Sayangnya, ilmu menjadi orangtua tidak pernah mereka dapat secara utuh. Ketika menerima ilmu pelajaran biologi di bangku sekolah, hanya berkutat di masalah reproduksi.

"Salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan memasukkan ilmu parenting di masa-masa remaja yang memang sedang belajar sesuatu," kata dia.

"Masa-masa sedang pengin tahu sesuatu, penasaran, terlebih di masa-masa pubertas. Kalau mereka enggak ada ilmunya, enggak siap untuk kelak jadi orangtua," Reisa menekankan.

 

Simak Video Berikut Ini


Penting Punya Ilmu Parenting Guna Cegah Anak Jadi Stunting

Penjelasan Dr Reisa Broto Asmoro agar remaja sehat dan bisa mencegah terjadinya stunting pada anak di diskusi daring Saatnya Remaja Berperan Cegah Stunting yang diselenggarakan Tanoto Foundation.

Wanita yang saat ini menjabat Juru Bicara Satuan Tugas Penangana COVID-19 di Indonesia melanjutkan, saat remaja tak punya ilmu menjadi orangtua, dikhawatirkan akan pusing sendiri ketika kelak akan merawat manusia lainnya.

Kalau tidak siap, kata Reisa, bagaimana mau bertanggung jawab menghidupi manusia lainnya?

"Kenapa harus dari remaja? Karena yang namanya ilmu harus diulang-ulang dan dijadikan kebiasaan. Kalau tidak, sangat sulit diterapkan," katanya.

Ibu berperan dalam menentukan 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak. Namun, untuk menyiapkan itu semua, tidak cukup hanya 1.000 hari sebelum pernikahan itu terlaksana.

"Edukasi ini penting diberikan di usia remaja. Informasinya harus tepat," kata Reisa.

"Indonesia dengan 1.000 mitos, yang belum tentu benar, takutnya malah dipercaya sama anak-anak yang lagi cari informasi ini. Takutnya ini yang dibawa terus sampai mereka ingin punya anak," ujar Reisa.

 


Sebelum Cegah Anak Stunting, Calon Ibu Harus Sehat Sejak Remaja

Penting menyadarkan para remaja untuk hidup sehat. Pastikan anak menjalankan diet dengan pola makan gizi seimbang dan teratur.

"Anak masih tergantung yang disiapkan di rumah. Yang belum tentu juga dia suka. Itu mengapa banyak anak yang mengalami defisiensi energi berat. Belum lagi kalau mereka kena anemia dan ini tak segera ditangani sampai mereka menikah dan hamil, ini bisa berdampak," katanya.

 


Perbanyak Aktivitas Fisik Biar Sehat

Menurut Reisa, cukup mudah menjadi sehat. Cukup dengan memerbanyak aktivitas fisik, makanan harus diatur, hindari merokok dan juga alkohol.

"Saya juga heran, kenapa anak-anak tidak suka dan buah sayur? Padahal ini suatu hal yang penting. Kita butuh vitamin dan mineral. Untuk mendapatkan itu, cukup dengan makan buah dan sayur," kata Reisa.

"Kalau anak tidak suka sayur, orangtua bisa bikin yang enak, dibikin dengan bumbu-bumbu yang enak sehingga rasanya tidak sayur banget," Reisa menekankan.

 

 

 


Cek Kesehatan Anak Meskipun Mereka Tumbuh Remaja

Selain itu, rutin cek kesehatan, saran Reisa. Dia, mengingatkan, mengetahui perkembangan tinggi dan berat badan anak tidak boleh berhenti saat mereka tumbuh remaja. Ketika anak sudah remaja pun penting untuk mengetahui hal serupa.

"Jangan-jangan lingkar perutnya berlebih, beratnya kurang, kolesterol, minumannya terlalu banyak yang tinggi gula. Sebab, sekarang itu katanya saja sehat, tapi isinya gula semua," katanya.

Menurut Reisa, tak ada salahnya memasukkan pelajaran menjadi orangtua ke pelajaran reproduksi. Sehingga, tak sebatas reproduksi saja, tapi bagaimana hasil dari reproduksi tersebut.

"Hasil reproduksi itu kan manusia. Bagaimana cara merawat manusia itu juga penting, termasuk inisiasi menyusui dini (IMD) dan upaya-upaya lain agar bayi yang lahir sehat, tidak stunting," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya