Liputan6.com, Jakarta - Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyatakan, kampanye Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal penemuan vaksin Covid-19 telah berhasil mengangkat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari level terendah.
Adapun IHSG pada masa awal pandemi virus corona di 24 Maret 2020 sempat terpuruk ke level 3.937, jatuh dari kondisi di awal tahun yang berada di level 6.300. Saat ini, indeks saham bangkit pada level sekitar 5.300.
Advertisement
Hans Kwee mengatakan, isu penemuan vaksin bakal terus memberikan dampak positif pada perdagangan di pasar modal. Namun, ia memprediksi, kenaikan pasar tidak akan sebesar saat ini jika antivirus sudah berhasil diproduksi.
"Jadi kalau nanti vaksinnya ketemu, pasarnya tetep naik tapi enggak banyak-banyak banget," ujar Hans kepada Liputan6.com, Sabtu (29/8/2020).
Terlebih jika vaksin Covid-19 gagal ditemukan, ia melanjutkan, IHSG berpotensi kembali terkoreksi tajam. Kendati demikian, Hans menilai pemerintah tetap perlu memberi asa guna menjaga pertumbuhan di pasar modal.
"Tapi kalau vaksinnya enggak ketemu ya celaka, ntar pasarnya koreksi. Memang pemerintah harus memberikan optimisme karena kita sudah melihat di sektor riil pun sudah sangat berat," kata dia.
Sebagai perbandingan, pergerakan nilai saham saat ini disebutnya terus merangkak naik meski laporan keuangan emiten di semester I 2020 tercatat anjlok. Salah satunya berkat adanya harapan penemuan vaksin Covid-19.
"Pasti pengaruh. Mungkin pasar saham sudah mendiskon itu sebagian besar. Sekarang kita hanya berani ekspektasi bahwa vaksinnya ketemu," ucap Hans.
"Diskon ini maksudnya laporan keuangan jelek, tapi kok pasar saham naik? Karena di masa depan orang ekspektasi bakal ketemu vaksin, kemudian ada untung, bisa laba, sehingga harga sahamnya naik. Faktor itu yang sudah terjadi," tandasnya.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Jokowi Dianggap Lebih Jago dari Donald Trump soal Tangani Covid-19
Berbagai pemerintahan dunia kini tengah sibuk mencari vaksin penangkal guna mengakhiri pandemi virus corona (Covid-19) yang berkepanjangan. Langkah ini dilakukan guna menghindari pelemahan ekonomi yang dapat berujung pada ancaman resesi.
Langkah serupa turut dilakukan Pemerintah Republik Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa kesempatan terakhir terus berjanji untuk memproduksi massal vaksin Covid-19 pada awal 2021 mendatang.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengapresiasi upaya Jokowi yang dianggapnya dapat membantu mempercepat pemulihan ekonomi nasional (PEN). Bahkan, ia menyebut cara Jokowi mengiklankan vaksin selangkah lebih maju ketimbang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Adapun Trump baru-baru ini resmi mengizinkan penggunaan plasma darah orang sembuh corona untuk merawat pasien Covid-19. Sebelumnya, Jokowi pada Mei 2020 lalu sempat menyinggung penggunaan metode terapi plasma darah untuk melawan virus corona.
"Di seluruh dunia juga sama. Setiap kali iklan tentang keberhasilan vaksin. Bahkan waktu itu Pak Trump memakai plasma darah untuk mengatasi Covid-19. Itu kan sudah dilakukan Indonesia jauh sebelumnya," kata Hans kepada Liputan6.com, Sabtu (29/8/2020).
Metode plasma darah yang jadi kebijakan Trump sendiri memang mendapat banyak tentangan akibat belum adanya studi mendetail yang menjabarkan dampak dan risikonya. Namun, Hans menilai upaya tersebut bisa membangkitkan keyakinan dalam memerangi pandemi.
"Segala upaya tampaknya dipakai untuk memberikan optimisme orang menghadapi pandemi," ujar dia.
Menurut dia, optimisme penanganan Covid-19 tersebut memang jadi kunci utama untuk mendongkrak belanja rumah tangga, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kalau kita lihat masa depan cerah, ya orang berani spending. Ketika enggak spending itu yang menyebabkan ekonominya mati," pungkas Hans.
Advertisement