Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari hingga Agustus 2020 atau selama pandemi covid-19 surplus sebesar USD 8,75 miliar. Surplus ini merupakan tertinggi sejak 2011.
“Neraca perdagangan Migas defisit sebesar USD 3,82 miliar dan nonmigas surplus sebesar USD 12,5 miliar,” kata Agus dalam High Impact Seminar dan Kick Off Program BI Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia secara virtual, Minggu (30/8/2020).
Advertisement
Meskipun kinerja tersebut cukup baik tetapi ekspor migas dan nonmigas Indonesia di 2020 sebenarnya mengalami penurunan sebesar 6,21 persen, dibandingkan dengan tahun lalu. Namun memang, impor migas dan nonmigas turun lebih besar yaitu mencapai 17,77 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pergerakan kinerja positif neraca perdagangan tersebut tercermin dari nilai ekspor Indonesia di bulan Juli 2020 yang mencapai USD 13,73 miliar atau meningkat 14,30 persen dibanding ekspor Juni 2020.
Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sektor informasi dan komunikasi tumbuh positif 10,305 persen di Kuartal II 2020, ditambah dengan jumlah pengguna internet di tanah air meningkat menjadi 143 juta jiwa atau sekitar 64 persen dari total populasi.
Menurutnya dengan kondisi covid-19 sejak 12 Maret 2020 telah berdampak pada berbagai sektor, tidak terkecuali sektor perdagangan. Lantaran Perdagangan merupakan salah satu kunci pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia.
“Oleh karena itu sektor harus selalu bergerak terus dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Maka dengan demikian percepatan pemulihan ekonomi dapat dicapai dengan merangkul pelaku usaha di sektor tersebut,” pungkasnya.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan video pilihan berikut ini:
Wamendag Sebut Potensi Ekspor Pangan Indonesia Melimpah
Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga mengatakan bahwa potensi ekspor pangan kita sangat melimpah. Oleh karena itu, potensi tersebut harus dikembangkan.
“Sangat banyak sekali jenis bahan pangan yang kita hasilkan. Semuanya bisa saja di ekspor. Jadi bukan hanya terbatas pada mie instan, kakao atau kopi, tetapi semua produk pangan bisa saja diekspor," kata Jerry di Jakarta, pada Rabu 26 Agustus 2020.
Menurut Jerry, jenis pangan Indonesia sangat beragam mulai dari padi-padian, ikan, kacang-kacangan hingga sagu-saguan. Kuncinya, menurut Wamen Milenial itu adalah inovasi dalam semua aspek baik pengolahan, pemasaran, kemasan dan sebagainya.
Dalam pengolahan, sebuah produk harus mengikuti standard-standar yang diterapkan oleh negara sasaran ekspor. Sebuah negara bisa saja menetapkan standar kesehatan, ekologis dan sebagainya yang harus dipenuhi oleh pengimpor.
Dalam pemasaran, pendekatan-pendekatan marketing harus dilakukan secara komprehensif mulai dari pameran, business matching, iklan dan seterusnya. Dalam pengemasan juga harus bisa memenuhi standard dan ekspektasi konsumen agar menarik serta meningkatkan nilai tambah.
Jerry mengatakan bahwa Kementerian Perdagangan memberikan fasilitasi bagi inovasi-inovasi dalam pengembangan produk ekspor.
“Sesuai dengan tupoksi kami, bahwa dalam hal ekspor kita ini ada di hulu. Untuk produksi atau di hulu, ada di kementerian lain seperti kementerian perindustrian, pertanian, kemenkopUKM dan sebagainya. Kami memberikan fasilitasi dalam pemasaran dan kemudahan-kemudahan perdagangan lainnya.” Tambah mantan anggota Komisi I tersebut.
Wamendag Jerry mengatakan bahwa yang tidak boleh dilupakan adalah adanya perjanjian perdagangan dalam menunjang ekspor produk pangan.
“Perjanjian perdagangan itu penting sekali dalam memperluas akses produk-produk Indonesia, termasuk produk pangan, baik yang mentah maupun sudah olahan. Dengan perjanjian perdagangan tarif masuk produk dari Indonesia akan diberikan keringanan atau bahkan bisa nol persen. Nah dari situ secara harga kita bersaing.” ucapnya.
Advertisement