Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, sektor komunikasi dan informasi mengalami pertumbuhan hingga 10,88 persen selama pandemi Covid-19. Sektor ini menjadi satu-satunya sektor yang bertumbuh positif hingga di atas 10 persen dibanding sektor lain.
“Pada saat tekanan yang luar biasa ekonomi Indonesia di kuartal kedua minus 5,32 persen ternyata sektor Kominfo di kuartal I bertumbuh 9,6 persen, dan kuartal II bertumbuh 10,88 persen, satu-satunya sektor yang bertumbuh positif dibanding sektor lainnya,” kata Johny dalam High Impact Seminar dan Kick Off Program Bank Indonesia Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Minggu (30/8/2020).
Advertisement
Ia pun melanjutkan, saat sektor komunikasi dan informasi tumbuh positif, sektor lain justru mengalami tekananyang sangat dalam. Oleh karena itu, hal inilah yang memberikan gambaran bahwa kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan akselerasi transformasi digital harus betul-betul disambut dan diantisipasi secara sungguh-sungguh.
"Hari ini seminar yang dilakukan oleh Bank Indonesia ini tentu memberikan salah satu jawaban dimana sosialisasi dan koordinasi lintas lembaga, untuk memastikan peningkatan ruang digital dan pemanfaatan ekonomi digital dari waktu ke waktu harus terus kita tingkatkan,” ujarnya.
Lanjutnya, saat ini diperoleh data dari Kementerian Kominfo bahwa pengguna internet di Indonesia telah mencapai 175 juta user atau setara dengan 64 persen jumlah populasi penduduk Indonesia.
“Internet user yang sangat besar tentu menjadi peluang yang begitu besar. Kami akan menyiapkan bandwidth yang cukup, dan kesiapan infrastruktur telekomunikasi yang memadai baik itu broadband, serta pemanfaatan ruang angkasa melalui penempatan satelit-satelit demi mendukung kebutuhan telekomunikasi dan digitalisasi di Indonesia,” pungkas Johnny G Plate.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pandemi Corona Bikin 93 Persen Korporasi Ubah Strategi Transformasi Digital
Sebelumnya, pandemi Covid-19 yang membawa perubahan mendasar dalam iklim bisnis global telah memaksa korporasi untuk mengkalibrasi ulang strategi transformasi digital mereka. Sebanyak 93 persen korporasi menyatakan mereka telah mengubah prioritas TI mereka baik secara bertahap, signifikan, atau dramatis.
Pandemi ini telah menunjukkan bagaimana korporasi membutuhkan teknologi adaptif dan alat kolaborasi yang aman untuk memastikan konektivitas tanpa kendala, terutama dalam menghadapi kondisi bisnis yang sulit dan volatilitas pasar.
Hal tersebut terungkap dalam penelitian bertajuk Business Continuity, Flexible Working and Adaptive Infrastructure: Five Actions for When the Economy Reopens Following COVID-19 yang diprakarsai oleh Telstra, perusahaan telekomunikasi dan teknologi terkemuka dan salah satu perusahaan induk dari telkomtelstra di Indonesia.
“Bisnis di Asia Tenggara dan Australia-Selandia Baru memiliki persiapan yang lebih baik untuk menghadapi pandemi dibandingkan wilayah lain, dimana mereka melihat tantangan COVID-19 sebagai katalis utama dalam strategi TI. Pandemi ini telah menunjukkan kepada kita bagaimana bisnis memerlukan teknologi adaptif dan alat kolaborasi yang aman untuk menjamin konektivitas, terutama dalam menghadapi kondisi bisnis yang sulit dan pasar yang terus bergejolak,” kata Managing Director Telstra Asia Pasifik Marjet Andriesse dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (20/8/2020).
Penelitian yang mengumpulkan data lebih dari 120 pemimpin bisnis di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Serikat dilakukan untuk memberikan wawasan tentang mengkalibrasi ulang strategi TI. Penelitian yang dilakukan Telstra dengan GlobalData ini mensurvei jajaran petinggi korporasi (C-suites) dan pembuat keputusan Teknologi Informasi (TI) untuk memahami tanggapan organisasi terhadap pandemi.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan korporasi di wilayah Asia Pasifik, Eropa, dan AS sedang memperbarui strategi TI secara menyeluruh, dengan prioritas utama terkait proses kerja jarak jauh (remote). Ini termasuk berbagai inisiatif seperti memastikan karyawan dapat terhubung dengan aman saat mengakses aplikasi dan data.
Dalam penelitian tersebut juga terungkap bahwa hampir satu dari sepuluh perusahaan tidak memiliki Rencana Kesinambungan Bisnis (Business Continuity Plan/BCP) pra-COVID-19.
Sementara organisasi-organisasi yang memiliki BCP, hampir sepertiga (29 persen) tidak memiliki rencana untuk menanggapi peristiwa global yang tidak terduga seperti pandemi. Di Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru (SEA dan ANZ), hanya 22 persen korporasi yang mengaku memiliki BCP lengkap serta menunjukkan kesiapan untuk menghadapi peristiwa besar, termasuk pandemi.
Advertisement