Faisal Basri Sebut Pemerintah Tak Paham soal Resesi Ekonomi

Ekonom Senior, Faisal Basri menilai pemerintah saat ini kurang pemahaman mengenai resesi

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Agu 2020, 14:00 WIB
Pengamat ekonomi Faisal Basri saat memaparkan tentang Holding BUMN Migas di Jakarta Selatan, Jumat (16/3). Menurutnya, saat ini Indonesia menghadapi defisit perdagangan di tiga sektor (tripple deficit). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior, Faisal Basri menilai pemerintah saat ini kurang pemahaman mengenai resesi. Bahkan sekelas Menteri Perekonomian, Airlangga Hartarto sebagai komandan ekonomi di Tanah Air tidak paham mengenai itu.

"Menko (Airlangga) aja, pemahaman resesinya nol besar. Kata menko kalau kuartal II minus 5,3 minusnya, terus kuartal III minus 3 persen itu ga resesi. Karena minusnya turun. Ngeri tidak pak? Komandan ekonominya tidak ngerti resesi apa," kata dia dalam rapat bersama Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Senin (31/8).

Dia menyampaikan, di dalam buku teks mengatakan resesi terjadi kalau level of output jika Produk Domestik Bruto (PDB) turun selama beberapa waktu tertentu, bisa beberapa bulan, bisa beberapa tahun. Tapi konsensus yang umum di media, kalau dua kuartal pertumbuhan ekonominya berturut turut minus.

"Saya katakan tadi, kata Airlangga kalau minusnya turun tidak resesi, iya tidak ada itu. Itu ketua komite kebijakan. Mahfud MD kemarin bilang 99,9 persen resesi, dia bukan menteri ekonomi, tapi lebih tepat," tegas dia.

Sebelumnya, Faisal memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 bakal berada di minus 3 persen. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan proyeksi ditetapkan pemerintah dikisaran 0 persen sampai dengan minus 2 pesen.

"Perkiraan saya minus 3 persen (di kuartal III-2020)," kata dia.

Dia menekankan, pemerintah tidak perlu takut dan fokus menghindari resesi yang terjadi. Terpenting saat ini adalah terus brupaya dengan berbagai kebijakan serta mendorong realisasi program pemulihan ekonomi nasional. "Jangan fokus menghindari resesi," singkatnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Menko Luhut Minta Jangan Berlebihan Sikapi Resesi

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan Program Digitalisasi Pariwisata Berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). (Dok Kemenko Marves)

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan meminta masyarakat untuk tidak terlalu resah atas potensi resesi di tahun ini. Sebab ia menilai resesi bukanlah akhir dari segalanya.

"Kalau itu (resesi) terjadi, bukan akhir dari segala-galanya. Untuk itu, kita tidak boleh berlebihan menyikapinya," ujar dia dalam webinar yang digagas oleh BI, Minggu (30/8/2020).

Luhut mengatakan pemerintah sendiri telah menyiapkan berbagai kebijakan untuk meminimalisir dampak resesi bagi masyarakat. Seperti mempercepat penyaluran program PEN.

"Ya kalau resesi terjadi, ya bisa saja terjadi. Tapi kami siap hadapi itu semua karena infrastruktur yang kami buat, program PEN yang telah dibuat juga terus dieksekusi. Kita feel comfortable," ujarnya.

Bahkan, sambung Luhut, ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi resesi juga diakui oleh Bank Dunia yang menilai upaya pemerintah telah tepat dalam memerangi virus mematikan asal kota Wuhan tersebut. Seperti mengalokasikan dana untuk kesehatan, perlindungan sosial dan insentif bagi dunia usaha.

"Mereka selalu katakan program kita itu program sangat komprehensif. Jadi, program sudah begitu bagus disusun," terangnya.

Oleh karena itu, dia mendorong semua pihak lebih bijaksana dalam menyampaikan informasi terhadap masyarakat luas. Antara lain dengan tidak menakut-nakuti masyarakat bila ekonomi Indonesia harus kembali mengalami minus pada kuartal III tahun ini sehingga masuk jurang resesi.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya