Portland 3 Bulan Dilanda Demonstrasi Anarkis, Donald Trump Mengamuk ke Wali Kota

Demonstrasi di kota Portland masih berlanjut. Presiden AS Donald Trump marah ke wali kota karena menolak bantuan federal.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 31 Agu 2020, 16:31 WIB
Aksi protes terjadi di Portland hingga menewaskan satu orang atas adanya insiden penembakan. (AP/ Paula Bronstein)

Liputan6.com, Portland - Kota Portland di Oregon, Amerika Serikat, masih dilanda demonstrasi meski sudah 90 hari berlalu. Protes yang diwarnai anarkistis itu bermula dari kematian warga kulit hitam George Floyd.

Para aktivis Black Lives Matter di Portland lantas terus bentrok dengan polisi setempat. Mereka menuntut agar anggaran polisi dipangkas dan Wali Kota Portland Ted Wheeler turun dari jabatannya.

Sebagai catatan, George Floyd meninggal di kota Minneapolis. Jarak antara Minneapolis dan Portland hampir sama seperti jarak antara Jakarta dan Kuala Lumpur. 

Presiden AS Donald Trump akhirnya marah kepada Wali Kota Ted Wheeler karena dianggap gagal mengendalikan situasi. Selain itu, Ted Wheeler menolak bantuan Garda Nasional dari pemerintah pusat.

Trump lantas meluapkan kemarahannya via Twitter. Ia menyebut Ted Wheeler sebagai radikal kiri, konyol, dan bodoh.

"(Ted Wheeler) menonton kematian besar dan kehancurkan Kotanya selama menjabat, dipikirnya situasi tanpa hukum ini harus berlanjut selamanya. Salah! Portland tidak akan pernah pulih bersama seorang Wali Kota bodoh," ujar Trump.

Donald Trump juga meledek Ted Wheeler yang bulan lalu mencoba berbaur dengan pendemo, namun ia malah disoraki ramai-ramai.

Kemarin, seorang simpatisan Trump meninggal dunia di demo Portland. Ia adalah korban jiwa pertama dalam demo panjang di Portland.

Bantuan yang ditawarkan Donald Trump adalah Garda Nasional. Akan tetapi, pemerintah federal tak bisa mengintervensi langsung, melainkan butuh permintaan resmi pemerintah setempat untuk mengerahkan pasukan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Wali Kota Dicari-cari Pendemo

Orang-orang melakukan tiarap di Jembatan Burnside selama sembilan menit saat menyerukan keadilan atas kematian George Floyd di Portland, Oregon, 2 Juni 2020. Aksi menyimbolkan momen terakhir Floyd saat lehernya ditindih lutut polisi Minneapolis pada 25 Mei lalu. (Sean Meagher/The Oregonian via AP)

Pekan lalu, apartemen yang diduga tempat tinggal Wali Kota Ted Wheeler sempat didatangi pendemo. Video-video aksi pendemo viral di Twitter, ada yang merantai tangan mereka di lobi apartemen, serta sengaja menembakan lampu-lampu cahaya ke jendela apartemen pada malam hari. 

Meski demikian, Ted Wheeler tetap ogah menerima bantuan pemerintah federal. Ia menuduh kebijakan Donald Trump bernuansa politis dan mengaku kotanya dalam keadaan damai. 

"Kami tahu bahwa kamu menyimpulkan bahwa gambar-gambar kekerasan atau vandalisme merupakan tiketmu agar terpilih lagi," kata Ted Wheeler pada akhir pekan lalu via Twitter.

"Puluhan ribu warga Portland telah protes secara damai untuk tujuan luhur yakni memperbaiki sistem keadilan kita yang rusak," ujarnya. 

Ted Wheeler berkata Garda Nasional hanya akan memperburuk situasi. Bulan lalu, sebetulnya Trump sempat mengirimkan Garda Nasional ke Portland.

Pasukan dikerahkan untuk melindungi fasilitas umum, termasuk gedung pengadilan yang diserang. Pada akhir Juli, pasukan ditarik mundur setelah Gubernur Oregon, Kate Brown, berjanji akan meningkatkan keamanan fasilitas publik.  

Negara bagian Oregon adalah zona biru alias basis Partai Demokrat. Ted Wheeler dan Kate Brown adalah anggota partai tersebut.

Donald Trump masih bersikeras bahwa butuh kekuatan untuk mengamankan kota-kota Demokrat itu. 

"Satu-satunya jalan untuk menyetop kekerasan di kota-kota kejahatan tinggi yang dikelola Demokrat adalah melalui kekuatan!" ujar Trump.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya