Liputan6.com, Jakarta - Dari sederet pilihan sumber protein, siapa yang memilih ayam sebagai yang terfavorit? Potongan ayam mana yang jadi pilihan Anda?
Jawabannya bisa beragam. Tapi, data internal Belfoods Indonesia menyimpulkan orang Indonesia sangat suka paha dibandingkan dada ayam.
"Mungkin karena dada lebih berserat dan kurang juicy, jadinya agak kering," kata Dicky Saelan, Managing Director PT Belfoods Indonesia, kepada Liputan6.com, seusai webinar Rethinking Poultry yang digelar PT Sierad Produce, beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Advertisement
Ia mengatakan selain paha, orang Indonesia juga sangat suka sayap. Tingginya minat konsumen lokal terhadap dua jenis potongan ayam tersebut membuat harga sayap dan paha relatif lebih mahal dari dada.
"Kami enggak pernah cukup paha dan sayap, sementara dada stoknya banyak," ujarnya.
Hal itu tak mengherankan mengingat jenis ayam yang banyak dikembangbiakkan di peternakan di Indonesia berjenis broiler dari strain Amerika Serikat. Ayam ini, sambung dia, memiliki bagian dada yang lebih besar. Dada juga dianggap lebih sehat karena kandungan lemaknya lebih sedikit dibandingkan bagian paha dan sayap.
"Pegiat makanan sehat atau mereka yang suka fitness itu pastinya memilih dada mentok yang dikukus. Less fat di situ. Nah, kita coba edukasi ke konsumen (soal ini)," sambung dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Karkas Ayam Favorit
Tak hanya soal potongan ayam favorit, Dicky juga mengungkapkan bentuk karkas yang banyak dibeli orang Indonesia. Karkas adalah bagian ayam utuh yang telah dibuang bagian kepala dan cekernya. Menurut dia, orang Indonesia suka dengan potongan karkas yang kecil, sekitar 1,6--1,7 kilogram, atau bahkan lebih kecil lagi sekitar 1--1,1 kilogram.
"Orang Indonesia punya persepsi ayam kampung lebih bagus dari ayam broiler. Ada persepsi juga semakin besar ayam, semakin tidak sehat karena menganggap pakai obatlah, hormonnya semakin banyak," tutur Dicky.
Padahal, penggunaan hormon untuk mengembangbiakkan ayam di Indonesia sudah dilarang. Dicky menyebut produsen saat ini berinovasi dengan pakan sehingga bisa menghasilkan ayam berukuran besar dengan standar ukuran di atas dua kilogram.
"Sekitar 2,2--2,5 kilogram. Di Arab bahkan sampai 3 kilogram," imbuhnya.
Ia juga menyatakan membeli ayam berukuran lebih besar menguntungkan bagi kantong konsumen dan produsen. Dari sisi konsumen, bisa lebih ekonomis. "Untuk ukuran ayam yang kecil, 1,5--1,7 kilogram, per kilonya bisa dihargai Rp16 ribu. Kalau ayam 2 kilogram hanya Rp15 ribu per kilo," terangnya.
Sementara, dari sisi produsen, semakin besar ayam, konsumsi makanan lebih efisien. Dampaknya, biaya produksinya lebih murah dari ayam kecil.
"Jumlah pakan tidak berbanding lurus dengan pertambahan gram. Pada ukurang tertentu, udah tinggal berkembang, jadi pakan yang dibutuhkan lebih sedikit," sambung dia.
Advertisement