Ekonom Prediksi Deflasi 0,01 Persen pada Agustus 2020

Sejumlah ekonom memprediksi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2020 akan terjadi deflasi

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Sep 2020, 10:00 WIB
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Jelang rilis data inflasi Agustus, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi akan kembali terjadi deflasi pada bulan tersebut. Hal ini utamanya dipengaruhi harga pangan yang terkontraksi.

“Pada bulan Agustus diperkirakan tercatat deflasi 0,01 persen mtm (month to month), setelah bulan Juli tercatat deflasi 0,1 persen. Inflasi tahunan pada bulan Agustus diperkirakan tercatat 1,36 persen yoy (year on year) dari bulan sebelumnya 1,54 persen yoy,” ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com, Selasa I1/9/2020).

Josua menjabarkan, penyebab utama deflasi di bulan Agustus adalah deflasi pada komponen harga bergejolak. Dimana harga pangan seperti beras terkontraksi 0,11 persen mtm, daging ayam -11,38 persen mtm, telur ayam -0,68 persen mtm, bawang merah -15,3 persen mtm, dan bawang putih -0,57 persen mtm.

“Ini didorong oleh supply yang tetap terjaga namun permintaan cenderung masih lemah,” kata dia.

Sementara inflasi inti pada bulan Agustus diperkirakan tercatat sekitar 2,15 persen yoy, dari bulan sebelumnya tercatat di 2,07 persen yoy. “Inflasi inti masih ditopang oleh kenaikan harga emas yang sepanjang bulan Agustus tercatat naik 8,2 persen mtm,” ujar dia.

Meskipun demikian, Josua menyebutkan faktor yang masih membatasi kenaikan inflasi inti adalah penurunan harga gula pasir sebesar -2,52 persen mtm.

“Secara umum, inflasi inti juga cenderung rendah mempertimbangkan daya beli yang belum membaik signifikan meskipun pemerintah sudah meluncurkan beberapa stimulus lanjutan pada akhir bulan Agustus,” beber JOsua.

Adapun stimulus yang dimaksud meliputi, pemberian gaji ke 13 bagi ASN, penyaluran subsidi gaji bagi pekerja dengan gaji kurang dari Rp 5 juta, serta pemberian banpres produktif bagi pelaku usaha mikro dan kecil.

“Secara keseluruhan, dengan tekanan inflasi yang rendah tersebut mengindikasikan tingkat konsumsi masyarakat cenderung masih dalam tren menurun dari awal tahun hingga pertengahan kuartal III tahun 2020 ini,” kata dia.

“Namun demikian dengan peningkatan penyerapan belanja pemerintah termasuk anggaran PEN serta pemberian stimulus lanjutan untuk mengungkit daya beli masyarakat pada kuartal III tahun ini,” sambung Josua memungkasi.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020


Disumbang Komoditas Emas Perhiasan, BI Ramal Inflasi Agustus 2020 1,34 Persen

Seorang pembeli melintas di antara kios di pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (2/12/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi sepanjang Januari-November 2019 sebesar 2,37 persen, lebih kecil ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar 2,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada bulan Agustus sebesar 0,94 persen (ytd) dan 1,34 persen (yoy). Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Agustus 2020 juga terjadi deflasi sebesar 0,04 persen (mtm).

"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Agustus 2020, perkembangan harga pada bulan Agustus 2020 diperkirakan deflasi sebesar 0,04 persen (mtm)," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko dalam siaran persnya, Jakarta, Jumat (28/8).

Onny mengatakan emas perhiasan masih menjadi komoditas tertinggi yang menyumbang inflasi sebesar 0,11 persen (mtm). Lalu disusul minyak goreng sebesar 0,02 persen (mtm) dan cabai merah sebesar 0,01 persen. (mtm).

Sementara itu , penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas daging ayam ras sebesar -0,15 persen (mtm) dan bawang merah sebesar -0,08 persen (mtm). Lalu jeruk, tomat dan telur ayam ras masing-masing sebesar -0,02 persen(mtm).

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.

Begitu juga dengan melakukan langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Termasuk menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya