Liputan6.com, Jakarta - Informasi hoaks benar-benar berbahaya. Dalam berita yang pernah dibuat redaksi Liputan6.com, kabar hoaks ini bisa menimbulkan banyak petaka bahkan hingga meninggal dunia.
Berikut ini ada 6 informasi hoaks yang berakhir dengan petaka:
Advertisement
1. Pertemuan Keluarga Jadi Malapetaka
Pada Juni lalu, Tony Green, pria berusia 43 tahun, mengadakan pertemuan keluarga di rumahanya yang berada di Dallas. Tony Green tidak percaya covid-19 dan mengabaikan instruksi pemerintah untuk menjaga jarak.
"Itu keluarga. Anda tahu kami sudah tidak bertemu beberapa bulan dan saat itu menjadi waktu yang tepat untuk berpelukan, peluk ibu. Tentu saja saya memeluknya," ucapnya.
Beberapa hari setelah pertemuan tersebut, tercatat sebanyak 14 keluarga Tony Green dinyatakan positif virus corona covid-19. Bahkan, neneknya sampai meninggal dunia. Green sendiri harus dirawat di rumah sakit karena virus corona covid-19 menyerang sistem saraf pusatnya.
"Sebenarnya saya ingin menyalahkan Donald Trump yang saya pilih di tahun 2016. Sebab, dia tidak sungguh-sungguh menerapkan protokol keseatan dan saya berpikit itu hoaks. Namun saya berpikir: 'akh sial, saya malah jatuh ke lubang penyakit, ini memalukan," ujarnya.
2. Hampir Mati Karena Teori Konspirasi Virus Corona
Virus corona covid-19 sudah menyebar ke seluruh pelosok dunia, masih saja ada orang yang menganggap wabah ini sebagai informasi hoaks atau teori konspirasi. Seperti halnya Ruben Mata, seorang pelatih kebugaran di Stanton, California.
Di awal-awal pandemi virus corona covid-19, Maret lalu, dia tidak percaya dengan wabah tersebut dan memilih berkeliling dunia sebagai motivator. Namun, pada 13 Maret, dua minggu setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan situasi darurat akibat wabah, Ruben Mata dinyatakan positif covid-19.
Pria berusia 53 tahun itu harus dirawat selama lima hari. Bahkan, kondisinya sempat dinyatakan koma. Persentase hidupnya kala itu hanya 40 persen.
"Sebelumnya saya hanya berpikir kalau virus corona covid-19 hanya dibuat-buat," kata Ruben Mata yang kini sudah sembuh dari virus corona, dikutip dari NBC News.
"Pola pikir saya (tentang virus corona) covid-19 adalah hoaks ternyata sangat menakutkan ketika berada di rumah. Saya tidak mau ini sampai mengenai anggota keluarga. Ini nyata!" ujarnya menambahkan.
Advertisement
3. Pemuda Terpapar Virus Corona karena Sombong
David Vega, 27 tahun, pemuda asal Miami ini sangat sombong. Dia percaya tubuh kekar bisa membantunya terbebas dari virus corona covid-19. Dia pun memilih berjalan-jalan di kota, meski pemerintah AS sudah menutup semua fasilitas umum.
Bahkan, David Vega sempat menghadiri pesta di Italia. Akibatnya sangat fatal. Dia jatuh sakit dan harus diisolasi mandiri akibat virus corona yang menyerang tubuhnya di pertengahan bulan Maret. David Vega tercatat sebagai mahasiswa kedokteran.
"Itu merupakan sakit paling parah yang pernah saya alami," katanya yang kehilangan berat badan hingga 10 pon akibat virus corona covid-19.
Setelah terpapar virus corona covid-19, Vega akhirnya menyadari kalau meremehkan penyakit bisa berbahaya. "Saya mengira kuat. Namun tetap saja, saya seorang manusia biasa," ucap Vega.
4. Penyerangan Mapolsek Ciracas Berasal dari Hoaks
Pada Sabtu (29/8/2020), Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Ciracas, Jakarta Timur, diserang sekelompok orang berbadan tegap. Massa membakar dan merusak kendaraan pribadi dan kendaraan operasional polisi.
Belakangan, diketahui sekelompok orang itu diduga kuat adalah oknum personel TNI yang mengamuk lantaran terbakar emosi setelah mendapat informasi bahwa rekannya bernama Prada MI dikeroyok hingga babak belur di wilayah Arundina, Cibubur.
Namun faktanya, setelah dilakukan penyelidikan, Prada MI tidak dikeroyok. Dalam rekaman CCTV, dia mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, lebih tepatnya di pertigaan Arundina.
"Dari keterangan saksi dan rekaman CCTV bahwa luka yang ada di Prajurit MI bukan karena pengeroyokan, tapi akibat kecelakaan tunggal," kata Panglima TNI.
Meski mengalami kecelakaan tunggal, Prada MI malah menceritakan kalau dirinya dikeroyok di dekat Arundina kepada teman-teman seangkatannya. Informasi itu disampaikan ke 27 rekan seangkatannya melalui pesan singkat. "Ditemukan bahwa prajurit MI ini telah menghubungi 27 orang rekannya dan itu akan dijadikan pengembangan lebih lanjut," kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Akibat ulah tersebut, Prada MI mendapat sanksi berat. KSAD Jenderal Andika Perkasa menegaskan, akan ada hukuman tambahan bagi anggota TNI AD yang terbukti terlibat dalam penyerangan Polsek Ciracas.
"Untuk hukuman, kami ada tambahan hukuman, yakni pemecatan dari dinas militer," ujar Andika saat konferensi pers di Mabes TNI AD, Minggu (30/8/2020).
Advertisement
5. Kehilangan Istri Akibat Teori Konspirasi di Facebook
Seorang pria di Florida, Amerika Serikat, Brian Hitchens menyesali perbuatannya karena sangat percaya teori konspirasi tentang virus corona yang beredar di Facebook. Dia dan istrinya, Erin percaya kalau covid-19 hanya kabar hoaks yang dibuat kalangan elite.
Bahkan, pada awal Mei 2020, saat Brian Hitchens dan Erin terpapar virus corona, mereka masih tidak mempercayainya. Keduanya tidak segera mencari bantuan medis karena menganggap hanya terjangkit flu biasa.
"Saya tidak takut virus ini karena saya tahu Tuhan lebih besar dari virus ini," katanya, seperti dikutip dari 9news.com.au.
Setelah kondisi mereka kian parah, tepatnya pada 12 Mei 2020, Brian mulai berpikir ulang tentang pemahamannya soal virus corona. "Empat setengah bulan lalu, saya masih berpikir kalau virus ini diberitakan secara berlebihan, sampai saya merasa sangat sakit," ujarnya.
Sayangnya, Brian sudah terlambat. Dia kehilangan Erin yang meninggal dunia di awal bulan Agustus 2020 karena virus corona. Kondisi Elin semakin buruk karena mengidap penyakit pernapasan, asma. Sementara Brian selamat.
"Sejak 12 Mei, istri saya harus menggunakan ventilator dan tidak ada tanda-tanda membaik. Istri saya akhirnya sampai di titik terakhir hidupnya bulan ini," ucap Brian yang kini percaya kalau virus corona bukan teori konspirasi.
6. Hoaks Berujung Petaka di Wamena
Pada September 2019, terjadi demonstrasi di Wamena, Papua yang berakhir ricuh. Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf A Rodja menyebutkan bahwa aksi demonstrasi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, karena isu hoaks atau berita yang tidak benar.
"Karena itu hanya isu, guru tersebut sudah kita tanyakan dan dia katakan tidak pernah keluarkan kata-kata atau kalimat rasis, itu sudah kita pastikan," kata Rudolf ketika itu.
Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf A Rodja menyebutkan bahwa aksi demonstrasi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, karena isu hoaks atau berita yang tidak benar. Berawal adanya isu terkait seorang guru yang mengeluarkan kata-kata rasis.
Aksi demo yang terjadi di Wamena, Papua berlangsung ricuh. Massa yang kadung emosi lantas membakar kantor bupati setempat serta sejumlah fasilitas umum lainnya. Selain membakar kantor dinas bupati, massa juga nekat membakar kantor PLN Rayon Wamena, Papua.
Akibat dari kerusuhan di Wamena, Bandara Wamena, Papua, terpaksa ditutup untuk sementara waktu. Kepala Bandara Sentani Anthonius Praptono mengatakan dihentikannya penerbangan ke Wamena karena alasan keamanan.
"Memang benar penerbangan dari dan ke Wamena sudah dihentikan sementara tanpa batas waktu yang dipastikan. Setiap harinya sekitar 20 kali penerbangan dari dan ke Wamena dari Bandara Sentani," kata Anthonius.
Petaka lainnya akibat unjuk tasa tersebut adalah enam anggota Brimob Polri dilaporkan mengalami luka berat. Hal ini disampaikan Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal pada Senin (23/9/2019). "Enam anggota Brimob kritis," tutur Kombes AM Kamal.
Advertisement
Tentang Cek Fakta
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.