Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim bahwa PT Pertamina (Persero) rugi Rp 11 triliun disebabkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai komisaris utamanya.
Klaim bahwa Pertamina rugi Rp 11 triliun disebabkan Ahok menjadi komisaris utama tersebut diunggah akun Facebook Putra Inka, pada 27 Agustus 2020, unggahan tersebut berupa tangkapan layar artikel berjudul "Karena Sepak Terjangnya Ahok Diberi Gelar Sunan Oleh GP Ansor" .
Advertisement
Kemudian tangkapan layar tersebut diberi keterangan sebagai berikut:
"SUNAN JAMAN NOWSunan Ke 10 Sunan Ahok Alias Zong Wang Zie.
Sunan Yang Ngak Di Sunat.Sunan Bukan Seorang MUSLIM ?
Sunan Jaman Now Ini Sunan Paling Unik Diantara Para Sunan"Walisongo"
Dan Sunan Ahok Tergolong Sunan Jenis OMNIVORA 😂😂😂
--Sumber Waras Rugi. 191 M
--Lahan Cengkareng Rugi. 2. T
--Busway Berkarat Rugi. 800 M
Jadi KOMISARIS UTAMA sekarang Rugi 11 T
Padahal Harga Minyak Mentah Dunia Sedang Turun, Cuma Pertamina Di Jagat Ini Yang G Mau Menurunkan Harga BBM
Lalu Hebatnya Di Mana Sama Junjungannya Para Cebong???
Salam Akal Sehat"
Benarkah Pertamina rugi Rp 11 triliun disebabkan Ahok menjadi komisaris utama? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim Pertamina rugi Rp 11 triliun disebabkan Ahok menjadi komisaris utama menggunakan Google Search dengan kata kunci 'penyebab Pertamina rugi Rp 11 triliun'.
Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "3 Penyebab Pertamina Rugi Rp 11 Triliun, Salah Satunya Akibat Nilai Tukar" yang dimuat situs liputan6.com, pada 31 Agustus 2020.
Dalam artikel situs liputan6.com, Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini menjelaskan tiga penyebab utama kerugian yang mencapai triliunan tersebut. Pertama mengenai penjualan perusahaan yang mengalami gejolak cukup besar akibat adanya pandemi Virus Corona.
"Terkait kerugian Pertamina untuk posisi Juni 2020 sebesar Rp 11 triliun. Ada 3 syok yang mungkin kita bisa sampaikan dari beberapa kesempatan yang pertama yang sangat signifikan menghantam cashflow adalah terkait penurunan sales ini yang tidak terjadi pada masa masa krisis terdahulu," ujar Emma saat menghadiri rapat kerja bersama DPR, Jakarta, Senin (31/8/2020).
Emma mengatakan, penjualan produk Pertamina sangat terdampak dengan adanya pandemi Virus Corona. Penurunan penjualan secara signifikan terjadi pada kuartal II 2020.
"Pandemi Covid ini signifikan sekali penurunan demand menyebabkan revenue sangat terdampak. Jadi berapa pun crude price sangat rendah dan juga karena demand tidak ada, tidak berdampak pada revenue kita," katanya.
Kedua adalah terkait dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Di mana pada akhir tahun lalu, Rupiah berada pada posisi Rp13.900 per USD lalu menanjak tajam menjadi Rp16.767 per USD.
"Memasuki kuartal II itu kurs sangat fluktuatif dan Pertaminasangat terdampak sekali, karena buku kita USD sementara revenue dalam Rupiah jadi semakin ter hit nya dari berbagai dampak. Jadi dari revenue turun dan selisih kurs kita sangat terdampak sekali. Kita lihat selisihnya sangat tajam," paparnya.
Faktor lain kata Emma adalah, pelemahan harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP). Di satu sisi, hilir sedikit berdampak pada keuntungan tetapi sebenarnya tidak juga karena ada penurunan permintaan di avtur dan juga BBM sementara stok besar dan harga turun.
"Karena di inventori kita menumpuk barang. April Mei stok avtur kita bisa stoknya sampai 400 hari. Kemudian, solar juga sama semua terdampak dan itu menjadi inventori cost sementara revenue tidak ada. Sehingga kta tidak enjoy terhadap penurunan harga ICP," jelasnya.
Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul "Selain Pertamina, Ini Daftar Perusahaan Migas Dunia yang Rugi Akibat Covid-19" yang dimuat situs liputan6.com, pada 26 Agustus 2020.
Artikel situs liputan6.com menyebutkan, Pertamina dengan kondisi saat ini mengalami tekanan yang luar biasa. Ada beberapa point yang menyebabkan beban keuangan Pertamina bertambah.
Pertama, turunnya pendapatan dan penjualan yang mencapai 20 persen. Penurunan ini, mengkoreksi pendapatan Pertamina dari USD 25,5 miliar pada semester satu 2019 hanya menjadi USD 20,4 miliar.
Kondisi ini diperburuk oleh harga minyak dunia mengalami penurunan yang drastis, sehingga Harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) juga terkoreksi sangat dalam menyebabkan pendapatan dari domestik migas hulu terjun 21 persen menjadi USD 16,5 miliar dari USD 20,9 miliat pada 2019.
Kedua, pergerakan mata uang rupiah yang terdepresiasi cukup dalam sepanjang semester 1 satu membuat Pertamina merugi selisih kurs sebesar USD 211,8 juta atau minus 428 persen jika dibandingkan periode 2019 dimana membukukan keuntungan sebesar USD 64,5 juta.
Ketiga, penjualan sektor hilir yang terpukul sampai 13 persen dari periode sebelumnya. Saat ini secara nasional konsumsi BBM hanya mencapai 117 ribu KL jauh lebih rendah dibandingkan 2019 dimana konsumsi BBM sebesar 135 ribu KL.
Advertisement
Kesimpulan
Klaim Pertamina rugi Rp 11 triliun disebabkan Ahok menjadi komisaris utama tidak benar.
Pertamina mengalami kerugian hingga Rp 11 triliun pada Semester I-2020 disebabkan oleh penurunan penjualan produk Pertamina akibat pandemi Covid-19.
Mata uang Rupiah yang terdepresiasi cukup dalam sepanjang semester 1 membuat Pertamina merugi selisih kurs dan pelemahan ICP yang merefleksi penurunan harga minyak dunia akibat pandemi Covid-19
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement