Liputan6.com, Jakarta - Zoom Video Communications Inc (Zoom) membukukan pendapatan USD 663,5 juta pada kuartal II (Q2) fiskal perusahaan yang berakhir pada 31 Juli 2020.
Jumlahnya naik dari USD 145, 8 juta pada periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ini diperkirakan karena banyaknya masyakat yang menggunakan Zoom selama pandemi.
"Kemampuan kami untuk membuat orang-orang di seluruh dunia terhubung, ditambah dengan eksekusi kami yang kuat, menghasilkan pertumbuhan pendapatan 355 persen year-over-year pada kuartal II," ungkap pendiri dan CEO Zoom, Eric S. Yuan, melalui pernyataan resmi, seperti dikutip dari The Verge, Rabu (2/9/2020).
Baca Juga
Advertisement
Platform video-conferencing saat ini menjadi alat penting dalam kehidupan sehari-hari di tengah pandemi Covid-19. Layanan ini digunakan untuk bekerja, sekolah, atau bersosialisasi.
Dikutip dari Reuters, kompetitor Zoom seperti Teams milik Microsoft dan Webex dari Cisco System pun juga mengalami lonjakan pengguna.
Jumlah Pelanggan
The Verge melaporkan, CFO Zoom, Kelly Steckelberg, melalui video conference mengatakan kepada sejumlah analis bahwa langganan dari konsumen baru menyumbang 81 persen untuk pertumbuhan pendapatan pada kuartal II.
Pelanggan baru tersebut termasuk ExxonMobil dan Activision Blizzard.
Advertisement
Prediksi Tahun Fiskal 2021
Yuan mengatakan, prospek pendapatan perusahaan untuk fiskal 2021 saat ini adalah USD 2,39 miliar. Pendapatan Zoom pada kuartal pertama tumbuh hampir 170 persen YoY menjadi USD 328 juta.
Seiring popularitasnya, Zoom juga menghadapi sejumlah masalah. Sejumlah pihak mempermasalahkan keamanan layanan tersebut dalam beberapa bulan terakhir, dan dikritik karena menyiratkan bahwa layanannya sepenuhnya dienkripsi padahal sebenarnya tidak.
Zoom pada Juni mengatakan, akan memungkinkan pengguna mengaktifkan enkripsi end-to-end di dalam versi beta untuk pengguna gratis dan berbayar.
(Din/Isk)