Ekspor Produk Ayam Olahan ke Jepang Jadi Bukti Peternakan Indonesia Diakui Dunia

Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan lompatan ekspor komoditas peternakan Indonesia hingga saat ini telah mampu menembus pasar internasional.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 02 Sep 2020, 13:10 WIB
Kementerian Pertanian melakukan ekspor produk daging ayam olahan ke Jepang di Tengah Pandemi Covid-19 sebanyak 6 ton. (Dok Kementan)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) ekspor produk daging ayam olahan ke Jepang di Tengah Pandemi Covid-19 sebanyak 6 ton. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, ekspor produk peternakan ke Jepang, membuktikan standar kualitas produk peternakan Indonesia diakui dunia.

"Kami mengapresiasi kepada PT Malindo Food Delight yang telah mampu membaca peluang dunia usaha secara global, dengan menghasilkan produk yang mampu menembus pasar ekspor," ungkap Syahrul Yasin Limpo dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (2/9/2020). 

Syahrul Yasin Limpo mengajak semua elemen untuk terus mendorong terus Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (GRATIEKS) dengan membuka peluang ekspor bagi peternak-peternak Indonesia dengan terus berupaya mengkonsolidasikan kepada semua pihak, baik pemerintah daerah, dan pelaku yang bergerak di sektor pertanian dari hulu hingga hilir agar bersatu dalam menyediakan pangan.

“Kondisi ini, harus mampu memacu semangat anak bangsa untuk produktif dan menjadikan komoditas pertanian Indonesia unggul dalam mengisi pasar dalam dan luar negeri’’ ungkapnya.

Syahrul Yasin Limpo mengatakan lompatan ekspor komoditas peternakan Indonesia hingga saat ini telah mampu menembus pasar internasional, yakni seperti daging ayam olahan, Day Old Chick (DOC), Hatching Egg (HE), sarang burung walet, pakan ternak, obat hewan, daging wagyu, produk susu olahan, ternak babi, kambing dan domba hidup sampai ke produk larva kering (Black Soldier Fly).

Ekspor tersebut ke berbagai negara seperti Jepang, Myanmar, PNG, Timor-Leste, Malaysia, Inggris, Australia, Benin, Tiongkok, Hongkong, Taiwan, Singapura, Korea, Vietnam, Perancis, dll, hingga totalnya mencapai 97 negara di dunia.

“Kita terus berupaya mengidentifikasi negara tujuan baru atau produk yang diinginkan oleh negara lain kemudian kembangkan dengan memperhatikan mutu dan keberlanjutan pasokan," ungkap Syahrul Yasin Limpo.

 


Ekspor Komoditas Peternakan Tahun 2020

Kementerian Pertanian melakukan ekspor produk daging ayam olahan ke Jepang di Tengah Pandemi Covid-19 sebanyak 6 ton. (Dok Kementan)

Berdasarkan data BPS yang diolah Pusdatin Kementan, kinerja ekspor komoditas peternakan pada tahun 2020 periode bulan Januari – Juli tercatat mencapai 174.946 Ton dengan nilai USD 466,55 juta atau setara Rp 6,88  triliun. Kelompok Pangan Segar dan Olahan merupakan Komoditas Ekspor Peternakan yang terbesar dengan volume dari Januari hingga Juli 2020 mencapai 84.789 Ton dengan nilai USD 334,34 juta atau setara Rp 4,9 triliun.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah menjelaskan, dari data ekspor peternakan tersebut jika dibandingkan dengan periode yang sama (Januari-Juli) pada tahun 2019 (YoY), volume ekspor saat itu sebesar 143.035 Ton dengan nilai USD 374,86 juta sehingga terjadi peningkatkan yang signifikan pada volume ekspor sebesar 22,3 persen dan nilai ekspor naik sebesar 24,4 persen.

Nasrullah juga menjelaskan khusus untuk capaian Ekspor Komoditas Unggas dan Produk Unggas, dari Data BPS yang diolah Pusdatin Kementan, Ekspor Januari-Juli 2020 yaitu sebesar 341,6 Ton dengan nilai sekitar Rp 17,5 miliar.

Dari ekspor kelompok produk unggas ini adalah 87 persen adalah dalam bentuk Produk daging unggas dan olahannya yaitu sebanyak 297,9 ton dengan Nilai sebesar Rp 7,9 miliar, selain dari produk unggas lainnya yaitu seperti DOC, Hatching Egg dan Telur olahan.

Negara tujuan ekspor produk unggas Indonesia saat ini yaitu antara lain Jepang, Myanmar, PNG, dan Timor-Leste, namun peluang pasar ekspor produk unggas masih terbuka cukup luas, karena saat ini beberapa negara tujuan ekspor lainnya seperti Saudi Arabia, Singapura, Brunei dan Tiongkok masih dalam tahap penyelesaian proses pemenuhan persyaratan antar pemerintah (G to G).

 


Standar Internasional

Peternak memberikan makan pada ayam pedaging broiler di kawasan Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/7). Harga daging ayam naik mencapi angka Rp 50 ribu per kilogram. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Lanjut Nasrullah menyampaikan Ekspor perdana produk daging ayam olahan PT. Malindo Food Delight menunjukan potensi produk peternakan telah memenuhi standar kelayakan ekspor internasional yaitu dengan telah dimilikinya Sertifikat Kompartemen bebas Avian Influenza, Sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner), Sertifikat produk Halal, Sertifikat sistem Manajemen Mutu sesuai ISO 9001 dan ISO 22000, dan yang paling utama telah mampu melewati audit ketat dari Chief Veterinary Officer - Ministry Of Agriculture Forestry and Fisheries Jepang (CVO-MAFF).

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil yang turut hadir dan menyerahkan sertifikat kesehatan karantina atau health certificate (HC) menyebutkan bahwa produk olahan ini telah melalui serangkaian tindakan di Karantina Pertanian Tanjung Priok.

Tindakan berupa yang pemeriksaan kesesuian dokumen dan fisik. "Karena ini sudah berupa olahan, maka pemeriksaan dalam kategori low risk dan dilakukan sesuai protokol ekspor yang dipersyaratkan Jepang," ujar Jamil.

“Momen ekspor perdana hari ini, kami mengajak kepada semua pelaku usaha untuk tetap berupaya meningkatkan kuantitas dan kualitas serta melakukan promosi ke negara lain agar produk peternakan Indonesia dapat bersaing di perdagangan internasional, karena dengan ekspor bisa menjawab masalah over supply dalam negeri.” tutup Nasrullah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya