Pakar Unair Sebut Risma Jadi Kekuatan Suara Eri-Armuji

Pakar Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya Suko Widodo menuturkan, jatuhnya rekom PDIP ke Eri Cahyadi sebagai calon Wali Kota Surabaya tak terlepas dari peran kuat Risma.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Sep 2020, 20:52 WIB
Dosen Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Suko Widodo. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya Suko Widodo menilai potensi kekuatan suara antara pasangan Eri-Armuji dan Machfud Arifin-Mujiaman berimbang.

Akan tetapi, ia menuturkan, faktor Tri Rismaharini (Risma) menjadi kekuatan mendulang suara untuk pasangan Eri Cahyadi dan Armuji yang diusung PDI Perjuangan (PDIP) pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Surabaya 2020.

"Potensi kekuatan suara antara pasangan Eri-Armuji dan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman menjadi berimbang. Namun faktor Risma masih cukup kuat. Dengan catatan PDI Perjuangan solid," kata Suko saat dikonfirmasi di Surabaya, Rabu, (2/9/2020) seperti dikutip dari Antara.

Suko mengatakan, jatuhnya rekom PDI Perjuangan (PDIP) ke Eri Cahyadi sebagai calon Wali Kota Surabaya tak terlepas dari peran kuat seorang Tri Rismaharini. Risma disebut sejak lama tampak menggadang-gadang Eri sebagai penerusnya.

"Indikasinya terlihat dari beredarnya baliho di mana-mana. Lazimnya sebagai ASN (aparatur sipil negara) pasti ada warning dari pemerintah, tapi selama ini dibiarkan," ujar dia.

Mengenai pilihan berpasangan dengan Armuji, Suko mengatakan hal itu tak terlepas untuk mengambil ceruk suara dari unsur politik. Armuji merupakan politikus yang berpengalaman sebagai wakil rakyat.

"Pak Armuji telah lama dan berpengalaman sebagai wakil rakyat. Bahkan pernah menjadi ketua DPRD Kota Surabaya," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Menyisakan Persoalan

Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana memantau kondisi Jalan Raya Gubeng yang ambles. (Liputan6.com/ Dian Kurniawan)

Meski begitu, Suko mengingatkan masalah yang akan dihadapi PDIP pada Pilkada Surabaya 2020 nanti adalah rasa kecewa dari unsur politik, khususnya yang tidak mendapat kesempatan seperti Whisnu Sakti Buana.

"Beliau sudah berhasil mengangkat PDIP Surabaya. Di puncaknya tidak bisa menghantarkannya dapat rekom tapi malah orang lain. Friksi antara Bu Risma dan Pak Whisnu ini yang menyisakan persoalan dalam tubuh PDIP Surabaya," kata Suko.


Machfud Arifin-Mujiaman Punya Kekuatan Mesin Parpol

Sementara untuk pasangan Machfud Arifin dan Mujiaman, Suko memandang keduanya lebih kuat dari sudut kekuatan mesin partai politik karena didukung Golkar, PKB, PKS, Gerindra, NasDem, Demokrat, PAN, dan PPP.

"Dari sudut kekuatan mesin parpol, pasangan Machfud Arifin dan Mujiaman masih lebih kuat, tinggal bagaimana mesin itu digerakkan," ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya