Liputan6.com, Jakarta Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengkritisi fenomena klaim penemuan obat anti virus Covid-19. Bahkan, dia menyebut semua klaim baik kalung ecalyptus maupun serum anti Covid-19 sebagai bentuk penipuan terhadap konsumen.
"Semua klaim obat Covid-19, menipu konsumen. Termasuk kalung ecalyptus oleh Kementerian Pertanian dan serum anti Covid-19 oleh yang mengaku profesor itu (Hadi Pranoto) dan Universitas Airlangga (UNAIR)," tegas dia dalam peringatan puncak Hari Konsumen Nasional (Harkonas) 2020 di Jakarta, Kamis (3/9).
Advertisement
Menurutnya di tengah peningkatan jumlah pasien positif Covid-19, sebaiknya seluruh pihak tidak meresahkan masyarakat atas klaim berbagai jenis obat penawar yang belum teruji manfaatnya secara ilmiah. "Mengingat untuk sementara ini belum ada obat ataupun vaksin penawarnya (Covid-19)," jelas Tulus.
Terkait maraknya klaim obat penawar virus mematikan asal Wuhan ini, dia menduga sejumlah pihak memanfaatkan tekanan psikologis yang dirasakan oleh masyarakat.
"Dimana saat masyarakat panik, akan menjadi peluang bagi produsen untuk memasarkan obat anti Covid-19 yang belum teruji ini," imbuh dia.
Maka dari itu, YLKI selaku lembaga perlindungan konsumen berupaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat atas penanganan pandemi Covid-19. Diantaranya menggelar webinar dan jumpa pers dengan multi stekholeder untuk edukasi terkait pandemi Covid-19.
"YLKI juga telah melayangkan surat permintaan terhadap kementerian/lembaga pemerintah dan instansi terkait (UNAIR) untuk tidak gegabah dalam mengeluarkan temuan obat Covid-19," imbuh dia.
Merdeka.com
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Kalung Eucalyptus Bukan Jimat Anti Corona
Kementerian Pertanian (Kementan) beberapa waktu yang lalu mengumumkan inovasi produk herbal eucalyptus. Produk ini yang diklaim bisa meredakan gejala gangguan saluran pernafasan, pengencer dahak, pereda nyeri, pencegah mual, anti inflamasi dan efek menenangkan.
Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbang) Kementan, Fadjry Djufry, menegaskan bahwa produk inovasi tersebut tidak diklaim sebagai antivirus corona, melainkan banyak persepsi masyarakat yang menganggap bahwa produk ini sebagai antivirus Corona.
“Kalung ini sebagai aksesori kesehatan. Ini bukan jimat, tidak ada klaim antivirus di situ,” kata Fadjry, dalam konferensi pers Pemanfaatan eucalyptus, Senin (6/7/2020).
Ia pun menjelaskan tulisan “Antivirus Corona” yang tertera dalam kemasan kalung produk herbal eucalyptus tersebut. Kata Fadjry tulisan itu hanya Prototipe atau model kalung aromaterapi yang dipakai oleh kalangan pegawai Kementan saja.
“Ini hanya prototype ya, produksi massal nanti ini (tulisannya) akan menjadi aromaterapi eucalyptus,” tegasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa produk kalung merupakan produk aksesoris aromaterapi, yang didesain dalam bentuk seperti name tag yang dikenakan sebagai kalung, sehingga mudah dibawa kemana saja tanpa khawatir tertinggal atau tercecer.
Produk kalung aromaterapi Balitbangtan diformulasikan berbasis minyak Eucalyptus sp. dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong berpori.
“Oleh karena itu dibentuk kalung sehingga akan mudah menghirup setiap 2-3 jam sekali 5-15 menit dihirup (didekatkan ke hidung), agar mampu menginaktivasivirus yang berada di rongga hidung,” pungkasnya.
Advertisement