Biogarmentri, Tekstil Masa Depan yang Bisa Berfotosintesis Layaknya Tumbuhan

Bila benar-benar terwujud, biogarmentri bisa mengubah masa depan tekstil dunia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 06 Sep 2020, 05:03 WIB
Biogarmentri, bahan tekstil yang dikembangkan di Inggris. (dok. Instagram @biogarmentry/https://www.instagram.com/p/Bp5Swt-A6Ue/?igshid=mixocj8i3vq9/Brigitta Valencia Bellion)

Liputan6.com, Jakarta - Mustahil rasanya jika di dunia ini ada pakaian yang terbuat dari bahan berupa makhluk hidup. Namun, desainer blasteran Kanada-Iran, Roya Aghighi mewujudkannya dengan menciptakan tekstil berbahan alga (ganggang) hidup yang dapat berfotosintesis saat dikenakan manusia.

Berdasarkan data yang dihimpun Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), industri fesyen ternyata bertanggung jawab atas 10 persen emisi karbon dari semua gas rumah kaca yang dipancarkan secara global. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu industri yang paling berpolusi di dunia.

Berangkat dari fakta itu, Roya dan sekelompok ilmuwan dari University of British Columbia (UBC) menemukan biogarmentri, bahan tekstil hidup yang 100 persen dapat terurai secara alami. Bahan tekstil biofabrikasi yang mampu berfotosintesis ini dapat memurnikan udara di sekitarnya karena oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis alga.

Melalui situs royaaghighi.com, dijelaskan bahwa proyek biogarmentri dirancang untuk mengatasi peningkatan drastis dampak lingkungan dari limbah tekstil dan polusi udara. Proyek ini menggunakan bidang biologi dan desain sintetis sebagai cara untuk membuka kemungkinan baru bagi masa depan dunia mode.

"Kami menciptakan bukti konsep pertama untuk kelangsungan hidup sel yang berfotosintesis pada kain alami, seperti berbagai jenis selulosa dan serat berbasis protein," tulisnya.

Melansir CNN, Rabu, 3 September 2020, produk ini diklaim sebagai tekstil hidup dan berfotosintesis pertama di dunia. Biogarmentri kemudian didesain menjadi pakaian tipis, hampir transparan berbentuk seperti jubah dengan sel-sel alga yang menyebar di lapisan kain.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Membangun Empati

Biogarmentri, bahan tekstil yang dikembangkan di Inggris. (dok. Instagram @biogarmentry/https://www.instagram.com/p/BiYfO4PHr6U/?igshid=2ky8r8zihjk0/Brigitta Valencia Bellion)

Mengubah hubungan manusia dengan pakaian dari konsumsi fast fashion menjadi hubungan yang lebih berempati adalah hal utama yang mendorong Roya dalam berkarya. Ia ingin orang membayangkan bahwa pakaian yang mereka kenakan itu seperti makhluk hidup lainnya, sehingga orang akan mengubah cara mereka merawat pakaian.

Ia berharap melalui karyanya ini, orang akan memiliki hubungan yang lebih intim dengan fesyen. "Anda tidak akan membuang pakaian Anda di sudut lemari atau ke mesin cuci," katanya kepada CNN. "Ini akan segera mengubah cara Anda berpikir tentang pakaian Anda," imbuhnya.

Prototipe ini untuk sementara masih dalam tahap awal penelitian dan desain. Masih memerlukan proses panjang hingga akhirnya dapat diproduksi secara massal.

Ketika benar-benar bisa diaplikasikan nanti, pembeli perlu menjemur pakaian biogarmentri selama dua jam sebelum memakainya. Sinar matahari dan semburan air yang digunakan untuk berfotosintesis akan menghidupkan sel tunggal ganggang Chlamydomonas reinhardtii pada kain.

Siklus hidup tekstil fotosintetik ini bergantung pada cara perawatannya, maka perlu ada perhatian eksklusif agar biogarmentri tetap hidup. Inilah yang diharapkan dapat mendorong pergeseran persepsi tentang cara memperlakukan dan membangun hubungan yang lebih intim dengan barang-barang mode.

Roya Aghighi memprediksi kebiasaan konsumsi seperti itu memang akan butuh waktu lama untuk berubah. "Ini akan menjadi perubahan yang lambat," katanya. "Tapi saya harap ini akan bertahan lama." (Brigitta Valencia Bellion)

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya