Terkait 2 Terduga WNI Buron Kasus Bom di Filipina, Ini Kata Kemlu

Pemerintah Indonesia melalui perwakilan di Filipina, dalam hal ini KBRI Manila dan KJRI Davao, telah berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk meminta informasi lebih detail.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 04 Sep 2020, 15:33 WIB
Sejumlah tentara membawa rekannya usai bom rakitan meledak dekat kendaraan militer di Kota Jolo, Pulau Sulu, Filipina, Senin (24/8/2020). Sebanyak 10 orang tewas dan puluhan lainnya terluka -banyak dari mereka tentara atau polisi- dalam pemboman ganda tersebut. (Nickee BUTLANGAN/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menanggapi pemberitaan seputar dua orang WNI yang menjadi buronan aparat Filipina, Kementerian Luar Negeri RI menyatakan bahwa akan pihaknya akan terus memantau informasi tersebut.

"Kita telah mengetahui dan memantau mengenai selebaran yang telah disirkulasikan oleh otoritas Filipina mengenai dugaan dua WNI yang diduga terkait peristiwa ledakan bom di Filipina selatan," ujar Judha Nugraha, ​Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia di Kemlu.

"Pemerintah Indonesia melalui perwakilan di Filipina, dalam hal ini KBRI Manila dan KJRI Davao, telah berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk meminta informasi lebih detail," tambahnya.

Menurut Judha, Kemlu telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan penelusuran.

Terutama mengenai status kewarganegaraan yang bersangkutan dan juga mengenai rekam jejak mereka (terduga pelaku) selama di Indonesia.

"Saat ini otoritas Filipina masih terus melakukan penyelidikan mengenai peristiwa pemboman di Jolo utk mengetahui dan identifikasi pihak-pihak yang bertanggungjawab."

Simak video pilihan berikut:


Ledakan di Jolo

Warga dan tentara membawa tubuh korban usai bom rakitan meledak dekat kendaraan militer di Kota Jolo, Pulau Sulu, Filipina, Senin (24/8/2020). Sebanyak 10 orang tewas dan puluhan lainnya terluka -banyak dari mereka tentara atau polisi- dalam pemboman ganda tersebut. (Nickee BUTLANGAN/AFP)

Sebelumnya, ledakan ganda menghancurkan sebuah kota di wilayah yang kerap bergolak di Filipina selatan, menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai 75 lainnya.

Dikutip dari laman BBC, para pejabat militer mengatakan dua bom meledak dalam waktu satu jam di Jolo, Provinsi Sulu.

Mereka menduga pemboman itu dilakukan oleh militan yang terkait dengan kelompok Abu Sayyaf.

Seorang juru bicara Presiden Rodrigo Duterte mengutuk serangan itu, yang terburuk yang pernah terjadi di negara itu tahun ini.

"Pihak berwenang sekarang sedang melakukan penyelidikan, termasuk mengidentifikasi individu atau kelompok di balik serangan pengecut ini," kata Harry Roque.

Belum ada yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Tetapi Filipina selatan telah mengalami lonjakan militansi ekstremis dalam beberapa tahun terakhir dan memiliki sejarah panjang atas kekerasan separatis itu.

Abu Sayyaf adalah salah satu kelompok militan terkecil dan paling kejam di Filipina selatan, yang dikenal karena aktivitas penculikan untuk tebusan dan kebrutalannya, termasuk pemenggalan kepala.

Dicantumkan oleh AS sebagai organisasi teroris, kelompok itu telah berjanji setia kepada apa yang disebut ISIS, dan telah melakukan penculikan terhadap orang asing dan orang Filipina.

Pemboman hari Senin kemarin terjadi setelah penangkapan awal bulan ini terhadap seorang pemimpin Abu Sayyaf di pulau selatan Mindanao.

Pasukan keamanan Filipina telah waspada terhadap kemungkinan serangan pembalasan..

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya