Ini Alasan Mengapa Anak di Bawah 13 Tahun Belum Waktunya Pakai Media Sosial

Pemakaian sosial media di usia remaja memiliki pro dan kontranya tersendiri.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 04 Sep 2020, 20:10 WIB
Ilustrasi Aktivitas Buzzer di Media Sosial Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Membiarkan anak Anda menggunakan situs media sosial dapat memengaruhi perkembangan mereka dan bahkan transisi ke masa remaja.

Mungkin tidak masalah bagi anak Anda untuk menggunakan media sosial di bawah pengawasan, tetapi efek sampingnya bisa saja melampaui manfaat yang didapatkan.

Anda tidak dapat memantau setiap langkah mereka, karena potensi bahaya dapat terjadi dengan sekali klik dan mereka bahkan mungkin tidak menyadarinya.

Mengutip laman Bright Side, Jumat (4/9/2020), pemakaian media sosial bagi anak di bawah usia 13 tahun kemungkinan memiliki efek sampingnya tersendiri. 

Pertama, mereka akan melihat kenyataan yang berbeda di situs media sosial. Saat anak Anda tumbuh besar, mereka akan mulai mengajukan pertanyaan baru tentang diri mereka sendiri. Untuk wanita, ini berarti mengikuti tren mode dan riasan, sedangkan untuk pria, deodoran dan gel rambut tiba-tiba menjadi signifikan. Ironisnya, tetap mengikuti tren itu penting agar bisa menyesuaikan diri, namun jika anak menggunakan media sosial, hasil ini akan berbeda.

Di situs-situs ini, mereka tidak hanya dipengaruhi oleh anak-anak seumuran dan dalam lingkaran pertemanan mereka, tetapi juga lebih dari itu. Mereka akan merasa tertekan untuk mengikuti tren dunia. Untuk pikiran remaja yang sedang dalam tahap pengembangan harga diri, itu dapat memberi mereka kesan bahwa mereka tidak akan pernah bisa mencapai status yang sama, mendapatkan hal yang sama - pada dasarnya, mereka akan berpikir bahwa mereka tidak akan pernah mampu mengejar ketinggalan.


Korban Bully Online

Bukan cuma orang dewasa, anak-anak juga bisa jadi pelaku bully. (Sumber Foto: thriving.childrenshospital.org)

Selain itu, penindasan di situs media sosial bisa lebih buruk daripada penindasan di kehidupan nyata, karena orang-orang tersebut dapat bertindak dengan bebas dan paling sering melakukannya secara anonim.

Meskipun intimidasi terjadi tanpa pandang usia, anak - anak di bawah 13 tahun adalah yang paling terpengaruh olehnya karena saat itulah harga diri anak-anak mulai terbentuk.

Jadi, intimidasi akan membuat anak-anak mencari persetujuan virtual, yang bisa menjadi tidak terkendali. Bahasa kasar dan gosip juga dapat meningkatkan kecemasan, yang dapat menyebabkan serangan panik. Bahkan ada kemungkinan bahwa cyberbullying dapat memicu tindakan menyakiti diri sendiri.

Ditambah lagi, segala bentuk tren, bullying, dan false reality bisa membuat anak mudah cemas bahkan depresi.

Anak-anak masih belum memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang kuat dan inilah alasan utama mengapa anak-anak tidak boleh diizinkan menggunakan situs sosial. Dalam periode ini, anak-anak harus dibimbing untuk mengembangkan keterampilan yang mereka kuasai, jika ini tidak terjadi, kehidupan mereka bisa menjadi lebih sulit.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya