Cerita Akhir Pekan: Destinasi Wisata Baru Bermunculan di Tengah Pandemi

Sejumlah destinasi wisata baru bermunculan saat pandemi. Protokol kesehatan harus diterapkan secara baik untuk mencegah penyebaran Covid-19.

oleh Komarudin diperbarui 05 Sep 2020, 10:03 WIB
Svargabumi salah satu destinasi wisata baru yang dibuka saat masa pandemi corona Covid-19 (Dok.Instagram/@svargabumi/https://www.instagram.com/p/CDqTVb3lG2K/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah destinasi wisata baru tetap bermunculan di tengah kondisi pandemi corona Covid-19. Beberapa di antaranya di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan lain-lain.

Dari banyak destinasi wisata yang baru ini buka adalah Svargabumi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Berbeda dengan tempat lain, destinasi ini berusaha untuk menyeimbangkan antara interest kesehatan dan ekonomi.

"Kami berusaha memberikan harapan pada saat yang muram di mana banyak orang terkena PHK dan harus menghidupi keluarga. Maka prioritas pertama kami dalam membuka Svargabumi adalah kesehatan, penerapan protokol kesehatan Covid-19 yang ketat di Svargabumi," kata Putranto Cahyono, pengelola Svargabumi saat lewat pesan tertulis kepada Liputan6.com, Jumat, 4 September 2020.

Protokol kesehatan tersebut meliputi pengunjung diperiksa suhu, di atas 37,5 derajat Celsius tidak diperkenankan masuk. Selain itu, pengunjung diminta cuci tangan dengan air dan sabun, jaga jarak, pemakaian masker, dan lain-lain.

Hal itu dilakukan agar para pelancong merasa aman dan nyaman berkunjung ke Svargabumi. Cahyono senang mendapat sambutan yang baik dari publik. "Sambutannya baik, dari feedback dan komentar yang masuk masyarakat gembira dengan adanya destinasi wisata baru ini. Kami bahagia bisa melihat pengunjung tersenyum dan bergembira di Svargabumi," tutur Cahyono.

Sejak dibuka pada 8 Agustus 2020, rata-rata 200--500 pengunjung per hari. Awalnya, Cahyono sempat merasa sepi pengunjung karena buka destinasi wisata di saat pandemi, di mana banyak orang yang memilih tinggal di rumah. "Manusia berusaha, Tuhan menentukan," ujar Cahyono.

Svargabumi adalah pelestarian sawah dengan nilai tambah. Sawah tadah hujan diubah menjadi sawah lebih produktif dengan penambahan saluran irigasi teknis sederhana, sehingga output bertambah.

"Nilai tambah lain adalah dikembalikannya semua hasil panen ke pemilik sawah/petani penggarap, walaupun sawah sudah disewa oleh pengelola. Dan menambahkan spot-spot swafoto yang indah, sehingga bisa menjadi destinasi wisata kekinian yang dikelola secara profesional. Sawah naik kelas, dan semua senang," kata Cahyono yang membuat Svargabumi sebagai destinasi wisata lapis kedua, setelah pengunjung berwisata di Candi Borobudur.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Destinasi Wisata Alternatif

Stupa-stupa Budha terlihat di candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia 10 Mei 2016. Menurut Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo untuk mengajukan arsip sebagai Memory of the World tidak bisa tunggal. (AFP Photo/Goh Chai Hin)

Kehadiran destinasi wisata baru mendapat apresiasi dari pengamat pariwisata dan dosen di Politeknik Sahid, Robert Alexander Sipahutar Moningka. Kehadiran destinasi wisata tersebut sebagai alternatif bagi masyarakat. 

"Selama ini orang berwisata lebih pada destinasi wisata utama. Saat orang berkunjung ke Jawa Tengah, maka yang dikunjungi adalah Candi Borobudur. Padahal, banyak destinasi wisata lain di Jawa Tengah, tapi kurang diperhatikan orang," ujar Robert saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 4 September 2020.

Robert menambahkan, pandemi corona Covid-19 membuat destinasi wisata alternatif menjadi makin diperhatikan banyak orang. Selama pandemi orang lebih banyak di rumah, termasuk bekerja pun dari rumah. Keberadaan virtual tur dan media sosial, membuat destinasi wisata alternatif tersebut makin dilirik.

"Mereka memanfaatkan virtual tur dan media sosial dengan mengunggah foto-foto yang bagus destinasi yang sebenarnya tidak real baru. Dengan begitu, banyak orang yang tertarik," ujar Ketua Indonesian Travel Consultants Club sejak 2015 itu.

Ia berharap, kedepan kehadiran destinasi-destinasi alternatif itu harus dijaga dari 'serangan' mass tourism jika sudah diterapkan kenormalan baru.  "Karena akan banyak orang yang berkunjung ke lokasi-lokasi tersebut. Oleh karena itu, destinasi tersebut harus dijaga akan tidak rusak," kata Robert.


Harus Perhatikan Protokol Kesehatan

Libur panjang perayaan Natal dan Tahun baru 2015, sejumlah wisatawan lokal memadati Taman Safari Indonesia, Bogor, (25/12/14). dari dalam mobil Pengunjung bisa memberikan makanan ke beberapa koleksi hewan yang ada di TSI. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sementara itu, pandemi corona menjadi tantangan dunia pariwisata yang paling serius. Oleh karena itu, semangat untuk menekan penyebaran Covid-19 harus dilakukan secara bersama-sama.

"Krisis pariwisata berawal dari krisis ekonomi, sedangkan krisis ekonomi bersumber dari krisis kesehatan. Saya kira hal itu harus jadi pemahaman kita bersama," ujar Staf Ahli Bidang Pembangunan Keberlanjutan dan Konservasi Kemenparekraf RI  dalam webinar Kampanye Indonesia Care & Panduan Protokol Kesehatan untuk Daya Tarik Wisata yang diselenggarakan Kemenparekraf dan Voxpp Shout,  Jumat, 4 September 2020.

Teguh menambahkan, dampak pariwisata itu terjadi karena supply dan demand-nya tidak berjalan karena terjadinya gangguan faktor kesehatan masyarakat dunia di mana negara-negara yang menjadi sumber pariwisata tidak lagi melakukan pergerakan atau mobilitas. Oleh karena itu, banyak destinasi yang tidak mendapat kunjungan dari para tamu.

"Namun, saat ini sudah menunjukkan tanda-tanda yang lebih optimis karena sasaran turis domestik kita luar biasa antusiasmenya. Mungkin itu terjadi karena sudah terlalu lama stay at home, mereka mulai berwisata, terlebih di akhir pekan. Saya menyebut beberapa seperti di antaranya Taman Safari, Yogyakarta, Bandung, mulai terjadi pergerakan," tutur Teguh.

Kemenparekraf, menurut Teguh, sangat serius untuk memastikan penerapan protokol kesehatan yang ada dalam panduan CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment) terhadap destinasi wisata. Aspek kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan harus benar-benar diperhatikan. 

"Saya menghargai para pengelola daya tarik wisata kita dengan sangat ketat menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, harus jaga jarak paling tidak satu meter, dan ada marka agar pengunjung tidak menumpuk, pembayaran karcis pun kalau bisa yang nontunai," ujar Teguh.

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya