Liputan6.com, Raleigh - Pemilu AS secara resmi dibuka, ditandai dengan warga Negara bagian Carolina Utara, pada Jumat 4 September 2020, yang mulai menerima surat suara dan dijadwalkan untuk mengirimkannya kembali via pos kepada komisi pemilu setempat --sebuah skema pemilihan yang diambil di tengah pandemi COVID-19.
Surat suara itu akan digunakan untuk pemilu pada 3 November mendatang yang melibatkan Presiden Donald Trump dan Joe Biden sebagai calon presiden.
Melansir Channel News Asia, Sabtu (5/9/2020), kekhawatiran tentang penyebaran virus corona yang terus berlanjut diperkirakan akan mendorong peningkatan besar dalam jumlah surat suara yang diberikan melalui pos, karena warga AS diimbau untuk menghindari tempat pemungutan suara.
Advertisement
Di negara yang berada di ambang krisis kesehatan dan pertimbangan nasional tentang ras, dua bulan ke depan akan menjadi waktu dimana kemampuan ekonomi terbesar dunia untuk mengatur pemilihannya yang sangat berubah oleh pandemi akan diuji.
Carolina Utara akan mulai mengirimkan lebih dari 600.000 surat suara, sebagai tanggapan atas lonjakan permintaan yang besar.
Negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama politik lainnya seperti Wisconsin akan menyusul dalam beberapa minggu mendatang.
Cara dan metode orang Amerika dalam memberikan suara telah menjadi titik nyala lain dalam lanskap politik yang semakin memecah belah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Polemik Metode Pemungutan Suara
Sebuah jajak pendapat baru-baru ini oleh USA Today dan Universitas Suffolk menunjukkan bahwa 56 persen pemilih Republik yang disurvei, mengatakan mereka akan memilih secara langsung, sementara hanya 26 persen dari Demokrat yang berencana untuk melakukan hal yang sama.
Satu dari setiap empat pemilih Biden mengatakan bahwa jika mantan wakil presiden Partai Demokrat kalah pada 3 November, mereka tidak akan siap menerima kemenangan Trump sebagai hal yang "dimenangkan secara wajar." Sekitar satu dari lima pemilih Trump mengatakan hal serupa.
Advertisement