Facebook Batasi Forward Pesan di Messenger untuk Tekan Peredaran Hoaks

Setelah WhatsApp, kini Facebook juga membatasi jumlah pesan yang bisa diteruskan (forward) di Messenger.

oleh Andina Librianty diperbarui 05 Sep 2020, 16:34 WIB
Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah WhatsApp, kini Facebook juga membatasi jumlah pesan yang bisa diteruskan (forward) di Messenger. Langkah ini dinilai merupakan cara efektif untuk menekan peredaran misinformasi, hoaks, dan konten lainnya yang dinilai berbahaya.

Dikutip dari Facebook Newsroom, Sabtu (5/9/2020), pengguna Facebook Messenger kini hanya bisa meneruskan pesan kepada lima orang atau grup dalam satu waktu.

"Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk memberikan pengalaman pesan yang lebih aman dari pribadi, kami memperkenalkan batasan forward di Messenger," ungkap Director of Product Management Messenger Privacy and Safety Facebook, Jay Sullivan.

Batasan forward dinilai sangat penting terutama karena sedang terjadi pandemi Covid-19, ditambah akan ada pemilihan besar di Amerika Serikat (AS), Selandia Baru, dan negara-negara lain.

"Kami telah mengambil berbagai langkah untuk memberikan informasi yang akurat dan transparan kepada orang-orang," sambung Sullivan.


Mencegah Hoaks

Facebook (JUSTIN SULLIVAN / AFP)

Sullivan mengungkapkan, batasan penerusan pesan di Messenger ini untuk membantu menghentikan upaya orang-orang yang ingin menyebabkan kekacauan, menyebarkan ketidakpastiaan atau secara tidak sengaja merusak informasi yang akurat.

"Kami ingin Messenger menjadi platform yang aman dan terpercaya untuk menghubungkan teman-teman dan keluarga," tuturnya.


Fitur Lain

Facebook pada awal tahun ini merilis sejumlah fitur baru seperti notifikasi keamanan, autentikasi dua faktor, dan laporan pesan yang tidak diinginkan.

Kehadiran fitur batasan pesan ini akan memberikan lapisan keamanan tambahan, karena bisa membatasi penyebaran informasi yang salah atau berbahaya.

"Kami yakin fitur ini akan membantu membuat orang-orang lebih aman saat di internet," jelas Sullivan.

(Din/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya