Liputan6.com, Paris - Tabloid satir Prancis Charlie Hebdo, target serangan ekstremis pada 2015, mengatakan pada Jumat 4 September 2020 bahwa edisi terbaru yang mencetak ulang karikatur kontroversial Nabi Muhammad telah terjual habis hanya dalam satu hari. Mereka juga mengklaim akan mencetak sejumlah eksemplar tambahan untuk memenuhi tingginya permintaan.
Terbitan edisi Rabu 2 September 2020 itu menampilkan selusin kartun yang mengejek nabi Islam, termasuk gambar yang memicu protes besar ketika pertama kali diterbitkan, serta berujung penembakan oleh ekstremis ke kantor tabloid tersebut, menewaskan 12 orang lima tahun silam.
Advertisement
Penerbitan ulang dilakukan untuk menandai dimulainya persidangan minggu ini terhadap terduga kaki tangan dari para tersangka pembantaian itu.
Charlie Hebdo mendistribusikan tiga kali lebih banyak dari oplah normalnya pada Rabu 2 September, tetapi para pembaca yang bersemangat meludeskan koran dan banyak yang berniat untuk mengambil salinannya di kemudian hari, klaim tabloid itu sebagaimana diwartakan oleh Agence France-Presse, dikutip pada Sabtu (5/9/2020).
Cetak Eksemplar Tambahan
Oplah baru sebanyak 200.000 eksemplar saat ini sedang dicetak dan akan beredar di Prancis mulai Sabtu 5 September 2020.
"Ini menunjukkan bahwa kami didukung, bahwa kebebasan berekspresi, sekularisme, dan hak penistaan bukanlah nilai-nilai usang, dan bahwa mereka didukung oleh publik Prancis yang memilih untuk membeli masalah tersebut," seorang kartunis Charlie Hebdo yang menggunakan nama pena "Juin" kepada AFP.
Dua belas orang, termasuk beberapa kartunis paling terkenal di Prancis, terbunuh pada 7 Januari 2015, ketika Said dan Cherif Kouachi bersaudara mengamuk di kantor surat kabar di Paris.
"Kami tidak akan pernah reda. Kami tidak akan pernah menyerah," tulis sutradara Laurent "Riss" Sourisseau dalam editorial Charlie Hebdo yang menyertai terbitan Rabu 2 September, yang berjudul: "Semua ini, hanya untuk itu."
Simak video pilihan berikut:
Menyulut Amarah
Keputusan untuk mencetak ulang kartun tersebut memicu kecaman marah dari Pakistan, Iran, Indonesia, Turki serta otoritas Muslim tertinggi Mesir Al-Azhar.
Pada Jumat 4 September 2020, ribuan orang berunjuk rasa dalam demonstrasi anti-Prancis di seluruh Pakistan, dengan pengunjuk rasa menyerukan boikot dan pengusiran duta besar Prancis.
Tapi Charlie Hebdo membela keputusannya dalam editorial, dengan alasan bahwa menerbitkan ulang kartun itu adalah "penting".
"Kami bekerja berdasarkan prinsip bahwa beberapa orang tidak mengetahui kartun tersebut, beberapa bahkan belum lahir ketika diterbitkan oleh Charlie pada tahun 2006, dan mereka perlu memahami mengapa serangan itu terjadi," kata Juin.
"Hak penistaan agama dan kebebasan berbicara ada jika kami menggunakannya. Bagi kami, cetak ulang kartun itu bisa dibenarkan karena itu menunjukkan bahwa hak-hak ini masih ada dan memungkinkan kami untuk mempertahankannya," tambahnya.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, pada Jumat 4 September 2020, mengecam penerbitan ulang kartun itu, menyebutnya "tidak bertanggungjawab, provokatif, dan melukai ratusan juta umat Muslim di dunia."
Advertisement