Liputan6.com, Jakarta - Model Chrissy Teigen membuat pengakuan. Demi meredakan sakit kepala yang dideritanya selama hamil, ia rela menyuntik botox.
Istri John Legend itu kini mengandung anak ketiganya bersama sang penyanyi. Ia pun menjelaskan alasan menjalani prosedur pembedahan kosmetik meski sedang hamil.
"Aku mengalami sakit kepala yang sangat sangat parah selama hamil. Aku sangat senang diizinkan untuk menyuntik botox di otot leherku bersama suntikan beta blocker kombo dan sesuatu yang berkaitan dengan frekuensi gelombang radio dalam terminologi dokter. Bagaimana pun kawan, ini sangat buruk tetapi akhirnya kulihat cahaya," cuit Chrissy dalam akun Twitternya, Jumat, 5 September 2020.
Baca Juga
Advertisement
Ibu dari Luna dan Miles itu menambahkan, ia juga menyuntik botox di rahangnya untuk menghentikan gerakan gigi yang mengertak akibat sakit kepala. Ia juga menyebut botox untuk menghilangkan migrain bisa disuntikkan di bawah alis. Meski begitu, ia menyebut bahwa pergi ke dokter saraf lebih baik dan lebih aman ketimbang menjalani prosedur kosmetik.
"Karena mereka (dokter saraf) akan berbicara dengan dokter kandunganmu," sambungnya menanggapi cuitan pengikutnya.
Dilansir dari AsiaOne, Senin (7/9/2020), Chrissy sebelumnya juga mengungkapkan ia tak tahu sedang hamil selama operasi pengangkatan implan payudaranya pada Juni 2020 lalu karena hasil tes kehamilannya negatif. Model sampul majalah Sports Ilustrated itu mengaku selalu mengetes kehamilan hampir setiap bulan sambil berharap mendapatkan hasil positif.
"Aku tak pernah positif sebelumnya, jadi pagi pada perilisan album John, dia bangun pada pukul 3 pagi untuk mengisi Good Morning America. Aku bangun dengannya, dan sepertinya saat itu aku harus mengetes dan berharap tidak mengecewakan," ujarnya saat itu.
Hasil tesnya memang tak mengecewakan. Tapi, ia takut operasi yang dijalani sebelumnya memengaruhi kehamilannya. Ia pun mendatangi banyak dokter untuk berkonsultasi.
"Bahkan tanpa operasi, aku tak berpikir aku bisa hamil secara alami. Jadi, keanehan ini terasa buruk. Tapi apa yang mereka sering katakan benar adanya. Ketika kamu menyerah untuk mencoba, hidup memiliki cara untuk mengejutkanmu. Kesimpulannya, payudaraku sakit," celoteh Chrissy.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Apakah Aman?
Apakah suntik botox untuk mengobati sakit kepala, khususnya migrain, aman? Dikutip dari klikdokter.com, penggunaan botox untuk mengobati migrain kronis baru disetujui oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada 2010. Suntikan botox untuk migrain tidak bersifat permanen, sehingga pemberian suntikan tersebut dapat diberikan tiga bulan sekali.
Jika kondisi penderita migrain kronis membaik secara signifikan, frekuensi penyuntikan botox dapat dikurangi. Suntik botox untuk mengobati migrain menggunakan racun yang disebut dengan onabotulinumtoxinA yang dapat mencegah pergerakan otot untuk sementara waktu. Racun tersebut diproduksi oleh mikroba yang menyebabkan kondisi keracunan makanan alias botulisme.
Saat racun itu tertelan, efeknya bisa sangat berbahaya. Tubuh akan mengalami kelumpuhan otot, mengganggu fungsi pernapasan, serta mengacaukan fungsi jantung. Sebaliknya, bila racun itu digunakan dengan tepat untuk tujuan terapeutik atau kosmetik, toksin botulinum tersebut justru dapat berdampak baik.
Riset tentang bagaimana botox dapat membantu mengatasi migrain masih terus dikembangkan. Yang jelas, botox dianggap mampu mencegah kontraksi otot-otot yang ada di kepala pemicu sakit migrain.
Ada sebuah penelitian di Spanyol yang melibatkan 69 peserta yang memiliki migrain kronis. Tiap peserta menerima rata-rata dua injeksi toksin botulinum.
Hasilnya, para peserta mengalami pengurangan yang signifikan dalam hal intensitas nyeri serta durasi sakit selama 16 bulan terakhir. Dengan demikian, botox dianggap lebih kuat untuk mencegah migrain ketimbang mengobati migrain secara tuntas.
dr. Adeline Jaclyn dari KlikDokter mengatakan orang yang mengalami migrain lebih dari 15 hari dalam sebulan dapat disuntik botox untuk membantu mengurangi nyeri pada kepalanya. Ketika efek dari suntik botox hilang, ia berpendapat bahwa bisa saja gejala sakit kepala itu muncul kembali secara bertahap.
Advertisement