Terkapar, Pendapatan Penerbit Buku Anjlok 80 Persen selama Pandemi

Penutupan sejumlah toko buku untuk menekan penyebaran virus Corona Covid-19 membuat pendapatan penerbit buku anjlok.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Sep 2020, 13:50 WIB
Pengunjung melihat-lihat koleksi buku di Blok M Square, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Pedagang mengaku pandemi COVID-19 berpengaruh pada penjualan buku tahun ajaran baru 2020 yang mengalami penurunan hingga 50 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pendapatan industri penerbit buku terjun bebas alias anjlok 80 persen selama pandemi Virus Corona COvid-19. Penurunan pendapatan tersebut akibat penutupan sejumlah toko buku untuk menekan penyebaran virus asal Wuhan, China tersebut.

"Secara umum, teman-teman penerbit buku banyak sekali yang terkena dampak dari Covid ini, oleh sebab mereka terikat dan terkoneksi dengan model yang mayoritas masih mengandalkan toko buku modern. Ketika toko buku terkena imbas saat harus tutup maka otomatis penerbit banyak yang kehilangan pendapatan hingga 70-80 persen," ujar Pimpinan Penerbit Gramedia Riza Zacharias, saat rapat kerja dengan DPR, Jakarta, Senin (7/9/2020).

Riza mengatakan, dalam rangka memodifikasi pendapatan sejumlah penerbit melakukan berbagai upaya agar mampu bertahan. Salah satunya adalah gencar melakukan variasi penjualan melalui sistem online atau digital.

"Sebagian penerbit yang memvariasikan cara penjualannya, kanal penjualannya melalui digital dengan online, jadi banyak penerbit yang selamat. Sistem belajar di rumah membuat banyak rumah tangga membutuhkan bahan yang bentuknya bukan hanya pelajaran dari sekolah tetapi juga bahan online," katanya.

Menurutnya, banyak penerbit buku yang berhasil melakukan modifikasi penjualan sehingga penghasilan tetap ada meskipun tidak sebesar ketika toko buku beroperasi normal. Namun, hal ini harus terus dilakukan agar industri penerbit bisa berjalan terus.

"Tepat dengan kebutuhan mendapatkan model alat belajar yang variatif tidak hanya buku pelajaran. Jadi, yang dikemas dengan kreativitas kami lihat mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Tetapi mostly terdampak karena mayoritas penerbit di Indonesia terkoneksi dengan toko," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kolaburasi Bisnis

Pengunjung berjalan melintasi toko buku di Blok M Square, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Pedagang mengaku pandemi COVID-19 berpengaruh pada penjualan buku tahun ajaran baru 2020 yang mengalami penurunan hingga 50 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Lebih lanjut, Riza menambahkan, momentum ini adalah saat yang paling tepat apabila pemerintah ingin melakukan model ekonomi yang lebih terarah bagi UMKM khususnya penerbit dan turunannya seperti percetakan. Sebab, pemerintah bisa menelaah masalah yang dihadapi oleh penerbit saat ini agar lebih maju.

"Implikasi berlakunya era sekarang, kolaborasi bisnis menjadi sesuatu yang bisa dilakukan. Bagaimana melakukan redesain bisnis, mapping ulang market, operasional berjalan dengan protokol kesehatan. Inti dari situasi ini akan sangat jauh efektif, bagaimana pemerintah memiliki model ekonomi sharing yang perbaikannya sangat baik untuk UMKM," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya