Liputan6.com, Jakarta Dengan semakin tingginya angka positif pasien Covid-19 maupun angka yang meninggal akibat virus tersebut, keberadaan vaksin Corona amat dibutuhkan. Meski demikian, hendaknya perburuan pembuatan vaksin Covid-19 tidak malah menimbulkan masalah baru.
Baca Juga
Advertisement
Desakan untuk mengimunisasi populasi yang terpapar Virus Corona COVID-19 dapat menyebabkan proses pembuatan vaksin yang tidak terlalu efektif dan berisiko memperburuk pandemi, kata para ilmuwan terkemuka. Meski vaksin sangat penting untuk menghentikan pandemi, tetapi Prof. Sir Richard Peto dari Universitas Oxford dan penasihat Organisasi Kesehatan Dunia, mengatakan vaksin pertama akan dibeli dan digunakan di seluruh dunia walaupun tingkat kemanjurannya rendah.
Di sisi lain, Australia mengharapkan menerima gelombang pertama dari vaksin COVID-19 potensial pada Januari 2021. Hal ini disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Scott Morrison, karena jumlah infeksi harian baru di pusat virus negara itu turun ke level terendah dalam 10 minggu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kandidat vaksin paling efektif
Menurut laporan Channel News Asia, Senin (7/9/2020), Morrison mengatakan, pemerintahnya telah mencapai kesepakatan dengan Commonwealth Serum Laboratories atau CSL Limited untuk memproduksi dua vaksin - satu dikembangkan saingannya AstraZeneca dan Universitas Oxford, dan satu lagi dikembangkan di laboratorium CSL sendiri dengan Universitas Queensland.
CSL merupakan badan pemerintah Australia yang berfokus pada pembuatan vaksin. Morrison mengatakan, Australia pada Januari dan Februari 2021 akan menerima 3,8 juta dosis vaksin AstraZeneca, yang saat ini sedang menjalani uji klinis tahap akhir di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan.
Kandidat AstraZeneca, AZD1222, dipandang sebagai pelopor dalam perlombaan global untuk memberikan vaksin yang efektif untuk memerangi virus.
Advertisement
Akan dibeli Australia jika terbukti berhasil
Australia telah mengumumkan pada Agustus bahwa mereka berencana untuk membeli AZD1222, bersama dengan kesepakatan dari CSL untuk memproduksinya. Rencana itu dipertanyakan ketika CSL mengumumkan tidak lama kemudian bahwa mereka akan memprioritaskan pembuatan vaksinnya sendiri.
Dalam kesempatan yang sama, Morrison juga mengatakan, Australia akan membeli obat CSL jika uji coba terbukti berhasil tampaknya menjadi puncak dari kesepakatan untuk mendapatkan kedua vaksin tersebut.
Jadi negara pertama
Vaksin CSL akan memulai uji klinis tahap kedua pada akhir 2020, yang berarti paling awal dapat mencapai pasar pada pertengahan 2021.
"Dengan mengamankan perjanjian produksi dan pasokan, Australia akan menjadi yang pertama di dunia yang menerima vaksin yang aman dan efektif, jika lolos uji tahap akhir," kata Morrison dalam pernyataan yang dikirim melalui email.
Jika kedua vaksin lulus uji klinis, Australia akan menghabiskan AU$ 1,7 miliar (US$ 1,24 miliar) untuk total hampir 85 juta dosis, kata Morrison.
Kesepakatan itu datang ketika negara bagian Victoria Australia mengatakan 41 kasus COVID-19 telah terdeteksi dalam 24 jam terakhir, kenaikan satu hari terendah sejak 26 Juni.
Negara bagian terpadat kedua di Australia telah menjadi episentrum gelombang kedua, dan sekarang menyumbang sekitar 75 persen dari 26.320 kasus negara itu dan 90 persen dari 762 kematiannya.
Advertisement